Ciri Orang Bertakwa

Ciri Orang Bertakwa

Ciri-ciri orang bertakwa telah dijelaskan dalam Q.S. Al-Imran ayat 133. Berikut uraiannya.

Ciri Orang Bertakwa

Marilah kita menilai diri kita masing-masing. Allah Swt telah memberikan gambaran sifat-sifat orang bertaqwa dalam surat Ali Im’ran ayat 133 dan seterusnya:

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang, Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.

Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal” (Ali Imran 3 : 133-136)

Dalam beberapa ayat di atas Allah menerangkan sifat-sifat utama bagi hamba-Nya yang bertakwa, di antaranya adalah :

1. Menafkahkan (hartanya), baik di saat lapang maupun sempit

Para ulama berpendapat bahwa orang yang bertakwa adalah orang tersebut menafkahkan hartanya baik dalam keadaan mudah dan susah, dalam keadaan sehat dan sakit, baik harta yang dinafkahkan oleh seseorang di masa hidupnya, atau wasiat yang disedekahkan setelah kematiannya.

Mereka menafkahkan dalam setiap kondisi, sehingga sedekah mereka menjadi sedekah jariyah. Dan pemberian mereka pada sesama terbukti nyata dan terus berlansung. Mereka tidak takut miskin dan fakir. Mereka terbiasa memberi untuk mendapatkan ridha Allah, memberikan manfaat pada sesama, serta membantu para fakir dan orang-orang yang membutuhkan.

 

2. Menahan amarahnya

Rasulullah Saw bersabda :

“Orang kuat itu bukanlah yang menang dalam gulat tetapi orang kuat adalah orang yang mampu menahan nafsu saat marah” (Muttafaq ‘alaih).

Inilah inti dari kesabaran dan kemulyaan serta unsur terpenting. Disebutkan dalam sebuah syair :

Bila kamu sedang marah, maka bersikaplah wibawa dan menahan marah

Amarah itu terlihat pada apa yang kamu ucapkan dan kamu dengar

Cukuplah kemulyaan didapat dengan bersabar sejenak

ridha Tuhan didapat dan derajatmu terangkat

Bila Anda marah dalam keadaan berdiri, maka duduklah, hingga amarah Anda mereda, Nabi Saw bersabda :

“Janganlah saling mencaci saat kamu berpuasa, bila ada seseorang yang mencacimu maka katakan : sesungguhnya aku sedang berpuasa, bila kamu sedang berdiri maka duduklah” (HR. Ibnu Huzaimah).

Tentang keistimewaan menahan marah, Nabi Saw bersabda:

“Barangsiapa yang dapat menahan kemarahan, -padahal dia mampu untuk melakukannya- maka Allah Azza Wajallah akan memanggilnya dihadapan orang-orang di hari kiamat, sehingga Allah memberikan pilihan padanya dari beberap bidadari yang dia sukai” (HR. Abu Daud)

 

3. Memaafkan (kesalahan) orang

Para ulama’ ahli tafsir menyatakan bahwa memaafkan kesalahan orang merupakan salah satu perbuatan baik yang paling utama, yaitu memaafkan kesalahan dan keburukan sebagai bentuk kemulyaan dan keutamaan. Dan hal ini termasuk perbuatan baik pada sesama. Oleh karena itu, selanjutnya Allah Swt berfirman: “Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.

Perhatikan bagaimana Rasulullah Saw memaafkan orang yang berbuat buruk dan tidak sopan padanya, bahkan beliau berlaku baik padanya dan memberinya pemberian, dari Anas bin Malik RA berkata :

“Aku pernah berjalan bersama Rasulullah Saw ketika itu beliau memakai selendang Najran yang tebal pinggirannya, kemudian bertemu dengan seorang Badui, tiba-tiba ia menarik selendang beliau itu dengan tarikan yang sangat keras, hingga aku melihat bekas pada leher Nabi Saw disebabkan tarikannya yang keras, lalu orang itu berkata : wahai Muhammad, berikanlah kepadaku harta Allah yang ada padamu ini. Beliau menoleh kepada orang Badui ini dan tertawa, kemudian, beliau memberinya sesuatu” (Muttafaq ‘alaih).

Betapa agung dan mulya akhlak sang pemaaf ini. Terutama bila akhlak ini diterapkan pada keluarga kita, isteri kita, anak-anak kita, kerabat kita, tetangga kita dan semua orang yang ada di sekitar kita, agar kita mendapatkan kemulyaan golongan orang-orang yang bertakwa yang memaafkan sesama hamba Allah.

 

4. Jika berbuat salah, segera mereka ingat akan Allah dan memohon ampun

Yakni orang yang bila berbuat kemaksiatan ia segera sadar dan bertaubat kepada Allah serta meminta maaf atas segala yang dilakukannya.

 

5. Tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui

Yakni tidak terus menerus melakukan dosa, walaupun dosa kecil. Semoga Allah Swt menjadikan kita termasuk orang-orangbertaqwa, yang dijanjikan oleh Allah memperoleh surga seluas bumi dan langit. Amin

 

Referensi:

Tafsir Al Qurthubi

Shahih al-Bukhari

Shahih Muslim

Sunan Abu Daud

Shahih Ibnu Huzaimah