Ernest Prakasa hadir dalam rangkaian #HaulGusDur2019 dan memberikan kesaksian yang mendalam terkait Gus Dur. Dalam acara Rembug Budaya (28/12) ia pun mengisahkan bagaimana perjuangan menjadi Tionghoa ketika ia kecil.
“Ketika saya masih SD, tiap kali keluarga kami merayakan Imlek, papa harus bikin surat izin sakit ke kantor agar keluarga kami bisa berkunjung ke rumah saudara,” tutur
Waktu itu, Tionghoa memang dianggap minoritas dan Konghuchu belum dimasukkan sebagai salah satu agama resmi yang diakui negara. Tentu saja, untuk beribadah begitu susah.
“Gus Dur memberi hak merayakan imlek buat kami. Gus Dur meninggalkan sejenis perasaan indah,” tambahnya.
Ernest merasa Gus Dur adalah pemimpin terbaik yang pernah ia lihat memimpin negeri ini.
“Semestinya begitulah pemimpin. Saya tidak mau mengingat retorika saja. Pemimpin yang baik memberikan perasaan aman, terlindungi dan hangat itu,” tambah Ernest.
Dalam twitnya, Ernest Prakasa pun bercanda, kapan lagi saya orasi di masjid?
Terimakasih @AlissaWahid, kapan lagi saya orasi di masjid 😆😆😆😆😆. #HaulGusDur pic.twitter.com/cAVtBgL6qQ
— Ernest Prakasa (@ernestprakasa) December 28, 2019