*Dari Nasi Goreng Megawati Turun ke Hati*
Perbedaan tidaklah dilarang. Yang dilarang adalah memutuskan tali persaudaraan. Itulah yang bisa kita pahami dari para tokoh negeri ini.Jika perbedaan pendepat mulai mengeras, cobalah untuk makan bersama dan biarkan nikmatnya bumbu meresap dan cecaplah dengan lidah serta hatimu. Karena kata orang, lidah memang tak bertulang. Begitu lemasnya lidah, apa yang diomongkan kemarin bisa tak lagi sama dengan hari ini. Tapi mungkin dengan mencecap rasa nikmat akan membuat lidah menjadi jujur.
Seperti kisah seteru Megawati dan KH. Abdurahman Wahid (Gus Dur) yang selalu bisa selesai dengan nasi goreng. Kedua tokoh ini memang sangat dekat, mesti terkadang ada berantemnya
“Biasanya kalau saya berantem dengan beliau, terus saya gak mau ketemu. Purik (ndongkol, red). Saya tahu pasti nanti saya menang,” kata Megawati. Tapi selalu saja nanti Gusdur akan menelpon minta dibuatin nasi goreng
“Mba, lagi opo’, ‘di rumah mas’. ‘Bikinkan saya nasi goreng ya, saya sudah di depan pintu rumah’,” kisah Megawati
Putri Presiden Soekarno ini pun mau tidak mau membikin nasi goreng pesanan Gus Dur. “Ya kalau baikan ya begitu, ya tentunya terpaksa toh saya bikin nasi goreng,”
Saking enaknya nasi goreng Megawati, bukan hanya Gusdur yang kesengsem, bahkan Prabowo juga jatuh cinta pada nasi goreng ini. Orang dekat Prabowo, kata Megawati, sempat menyampaikan pesan sang mantan Danjen Kopassus. Prabowo rindu dengan nasi goreng buatan sang Presiden kelima RI itu.
“Lalu ada salah satu orang yang dekat dengan Pak Prabowo bilang ke saya, Pak Prabowo suka tanyakan loh bu, kapan mau bikin nasi goreng? karena nasgor saya top loh,” kata dia.
Resep Nasi Goreng itu awalnya ditemukan Megawati saat ayahandanya, Bung Karno, ingin menjamu makan sejumlah pendemo. Bung Karno lalu meminta Megawati memasak, dan muncullah resep itu.
Sesama pimpinan partai dan tokoh senior dalam politik, hubungan Megawati dan Prabowo mengalami pasang surut, pernah berjalan seiring namun juga pernah saling berhadapan sesuai dengan posisi politik masing-masing.
Megawati dan Prabowo pertama kali bersanding sebagai calon presiden-wakil presiden di Pemilihan Umum 2009. Namun keduanya kalah telak dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Boediono yang meraup 60 persen suara.
Pilpres 2009 ini juga menjadi awal mula retaknya hubungan Megawati dan Prabowo lima tahun kemudian. Kala itu, Mega dan Prabowo menandatangani komitmen bersama di Istana Batu Tulis, Bogor, Jawa Barat yang belakangan dikenal sebagai Perjanjian Batu Tulis.Dalam kesepakatan itu, Prabowo meminta diberi keleluasaan mengatur ekonomi Indonesia dan menunjuk sepuluh menteri jika mereka menang pilpres. Adapun Megawati berjanji mendukung Prabowo di Pemilihan Presiden 2014.Jauh panggang dari api, PDIP justru mengusung Joko Widodo di Pilpres 2014.
Hubungan kedua partai pun merenggang. Bergandengan dengan Partai Keadilan Sejahtera, Gerindra menjadi oposisi selama lima tahun pemerintahan Jokowi – Jusuf Kalla, pasangan yang diusung PDIP.Hubungan Megawati dan Prabowo menghangat kala keduanya bertemu di arena pencak silat Asian Games 2018 pada Agustus tahun lalu.
Jadi, bagaimana, tertarik ikut menikmati nasi goreng racikan Bu Mega?