Cara Ulama Mengkhatamkan Al Quran di Bulan Ramadan

Cara Ulama Mengkhatamkan Al Quran di Bulan Ramadan

Cara Ulama Mengkhatamkan Al Quran di Bulan Ramadan

Istikamah dalam membaca Alquran merupakan amaliah yang dilakukan orang-orang saleh di masa lalu, maupun saat ini. Terlebih lagi jika bulan puasa Ramadan tiba. Imam Nawawi, dalam kitabnya al-Tibyan fî Adab Hamalah al-Quran, menyebutkan keragaman tradisi mengkhatamkan Alquran para sahabat dan ulama salaf. Di antara mereka ada yang mengkhatamkan Alquran dalam waktu persatu malam sekali, seperti sahabat Usman, dan Imam Syafi’i. Ada juga yang mengkhatamkan dalam waktu tiga hari, seminggu, sebulan, dan dua bulan sekali.

Tentu, kita perlu memiliki metode-metode tertentu agar istikamah bacaan Alquran kita sesuai target dalam waktu yang telah disebutkan di atas. Paling tidak, 3 kategori mengkhatamkan Alquran di bawah ini patut Anda coba semasa Ramadan ini.

Pertama, harian. Beberapa ulama salaf sudah terbiasa mengkhatamkan Alquran sehari sekali. Kesibukan mereka beraktifitas tidak membuat mereka lalai membaca dan mengkhatamkan Alquran setiap hari. Mungkin, bagi kita yang belum terbiasa hal ini terasa sangat berat. Terlebih, kesibukan kita pada kerjaan kantor maupun kerjaan lainnya, sering kali membuat kita lalai membacanya secara rutin.

Bila Anda ingin melakukan hal ini di bulan Ramadan, mungkin ada harus memiliki waktu khusus di malam hari setelah tarawih untuk mengkhatamkan Alquran. Jika satu juz dapat dibaca 20 menit, maka hanya butuh 10 jam untuk mengkhatamkan Alquran.

Kedua, Mingguan. Salah satu cara mengkhatamkan Alquran dalam waktu seminggu sekali adalah metode Famy bi Syawq. Secara bahasa, arti metode tersebut adalah lisanku merindu (dengan Alquran). Metode tersebut merupakan pembagian beberapa surat yang harus dibaca dalam sehari. Fa berarti surat al-Fatihah, M berarti surat al-Maidah, Y berarti surat Yunus, Bi berarti surat Bani Israil, Sy berarti surat al-Syu’ara, W berarti surat Washaffat, dan Q berarti surat Qaf.

Jadi, hari pertama kita membaca Alquran dari Surah al-Fatihah hingga al-Maidah, lalu hari kedua membacanya dari al-Maidah hinggu Surah Yunus, dan begitu seterusnya hingga khatam pada hari ketujuh.

Ketiga, Bulanan. Imam Nawawi dalam al-Tibyan, waktu dua bulan sekali dalam mengkhatamkan Alquran merupakan waktu terlama yang dilakukan ulama salaf. Namun hal itu tidak bisa kita lakukan bila kita ingin mengkhatamkan 30 juz Alquran khusus di bulan Ramadan. Oleh karena itu, kita memerlukan metode bulanan dalam mengkhatamkan Alquran.

Jadi, kita bisa menargetkan 1 hari satu juz agar dapat khatam dalam waktu sebulan. Jadi, hari pertama Ramadan kita harus membaca Alquran dari Surah al-Fatihah hingga Surat al-Baqarah ayat 141, dan begitu seterusnya dalam setiap juz.

Ketiga tradisi membaca Alquran tersebut dapat Anda lakukan di masjid atau pun di masjid, apalagi menjelang 10 malam terakhir di bulan Ramadan. Tradisi mengkhatamkan Alquran dan itikaf di bulan Ramadan ini Nabi lakukan selama beliau masih hidup.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Malaikat Jibril itu setiap tahun selalu tadarus Alquran bersama Nabi. Namun menjelang Nabi wafat, malaikat Jibril datang dua kali dalam satu tahun untuk melakukan tadarus. Karena itu, setiap Ramadan Nabi terbiasa itikaf sepuluh malam terakhir pada bulan Ramadan. Namun di tahun menjelang Nabi wafat, Nabi itikaf selama dua puluh hari (HR Bukhari).

Syekh al-‘Aini dalam kitab ‘Umdatul Qari menyampaikan kesimpulan ulama yang menyatakan bahwa perbuatan yang dilakukan Nabi Muhammad Saw. secara rutin merupakan sunah muakad yang pahalanya tentu sangat besar.

Oleh karena itu, tradisi mengkhatamkan Alquran, baik dengan model tadarus bersama atau pun mengkhatamkan sendiri, merupakan tradisi baik yang perlu dilakukan, apalagi di bulan Ramadan. Dan kita bisa meniru cara ulama dalam mengkhatamkan Al Quran di bulan Ramadan ini.