Pusat Studi Pesantren (PSP) menggelar halaqah bersama para kiai dan nyai pengelola pesantren Se-Jawa di Bogor, Kamis-Jumat (28/29) dalam sebuah kegiatan bertema Pesantren dan Sosial Media: Jihad Melawan Radikalisme dan Terorisme. Pendiri PSP, Achmad Ubaidillah, saat membuka halaqah, menjelaskan kegiatan ini dimaksudkan untuk mempererat silaturahmi antar sesama pengelola pesantren sekaligus untuk menguatkan barisan dalam menjaga NKRI dari bahaya radikalisme dan terorisme.
“Terlaksananya kegiatan ini berangkat dari visi besar PSP, yakni membangun dan merawat silaturahmi antar sesama kiai, nyai serta pengelola pesantren,” jelasnya, Kamis (28/6) malam.
Secara lebih spesifik, salah seorang keturunan KH Tubagus Muhammad Falak Pagentongan ini menyebut bahwa halaqah dimaksudkan untuk menambah pengetahuan terkait radikalisme dan terorisme sekaligus skill untuk secara bersama-sama melakukan perlawanan yang efektif guna meredam, atau bahkan menghilangkan, radikalisme dan terorisme.
Salah satu peserta halaqah, Hj Ruf’ah, Bu nyai dari pesantren Darul Hikmah di Pandeglang, Banten, menyebut gelaran ini sangat penting untuk dilakukan, terlebih, pesantren kerap dicurigai sebagian pihak sebagai ladang persemaian radikalisme dan terorisme.
“Padahal kan tidak,” ungkapnya.
Meski begitu ia mengaku dugaan sebagian pihak tersebut menjadi beban tersendiri baginya, karenanya ia bersyukur dapat terlibat dalam halaqah yang mempertemukannya dengan banyak kyai dan nyai lainnya.
“Setelah ini kita harus perbanyak silaturahmi ke mereka,” jelasnya menunjuk pada pihak yang menduga pesantren mengajarkan radikalisme dan terorisme.
Pendapat senada juga diungkapkan oleh Zainal Anwar dari Pusat Kajian dan Pengembangan Pesantren Nusantara IAIN Surakarta. Menurutnya, sekarang sudah saatnya bagi para punggawa pesantren untuk ‘keluar kandang’ membimbing masyarakat untuk hidup rukun dan guyub.
“Radikalisme dan terorisme selama ini terus disangkakan sebagai bagian dari pengajaran Islam, dan pesantren belum banyak memberikan konter narasi untuk ini. Para punggawa pesantren perlu meluruskan anggapan itu agar kita bisa hidup rukun dan guyub,” jelasnya.
Halaqah bersama kiai dan nyai pengelola pesantren ini bukanlah gelaran pertama yang dilakukan oleh Pusat Studi Pesantren, sebelumnya, lembaga yang berdiri sejak 2007 ini telah menggelar halaqah serupa sebanyak dua kali, masing-masing pada Agustus dan Desember 2017.
Dari dua halaqah tersebut, terkumpul puluhan alumni dari kalangan kiai dan nyai yang telah siap dengan program masing-masing untuk menggerakkan pesantren sebagai motor perlawanan terhadap radikalisme dan terorisme.
PSP juga aktif dalam melakukan penguatan literasi di pesantren. Tercatat hingga saat ini, PSP telah melakukan penguatan literasi tersebut kepada 600 santri dari 100 pesantren di 8 provinsi. [DP]