Cara Mengatasi Nafsu dan Amarah Menurut Mantan Grand Mufti Mesir

Cara Mengatasi Nafsu dan Amarah Menurut Mantan Grand Mufti Mesir

Cara Mengatasi Nafsu dan Amarah Menurut Mantan Grand Mufti Mesir
Foto: KMA Mesir

Al-nafsu al-ammâratu bi al-suu’ (Nafsu Amarah) ialah hawa nafsu yang menganjurkan pemiliknya pada kemaksiatan, pelanggaran dan pembangkangan. Ya, dia selalu mendorong pada perbuatan buruk. Allah berfirman:

إنَّ النفْس لأَمَّارة بالسُّوءِ

“Sesungguhnya nafsu amarah itu senantiasa mendorong pada kejahatan.” (QS Yusuf:53)

Bagaimana cara menanggulangi nafsu amarah ini sehingga berubah menjadi nafsu lawwâmah (yang selalu menegur dan mendorong pada kebaikan)?

Menurut Syekh Ali Jumah, mantan Grand Mufti Mesir, Nafsu amarah dapat ditanggulangi dan reda dengan memperbanyak dzikir لا إله إلا الله “lâ ilâha illallâh” (tiada Tuhan selain Allah), sebab zikir ini mengandung dua makna, yaitu: meniadakan dan menetapkan.

Dzikir “لا إله إلا الله” meniadakan adanya hakikat ketuhanan, kemudian menetapkannya hanya untuk Allah semata, tanpa ada satu pun sekutu bagi-Nya. Dzikir tersebut seakan merupakan simbol perubahan manusia yang keluar dari satu zona ke zona lain, keluar dari pelbagai macam kegelapan menuju cahaya.

Dengan memperbanyak dzikir “لا إله إلا الله”, nafsu bejat ini akan lunak, lalu keluar dari kenakalan nya.

Berapa banyak kita membaca ” لا إله إلا الله ” untuk mengatasi nafsu amarah ini?

Para ulama terdahulu telah melakukan eksperimen (tajribah) dan terbukti sukses. Uji eksperimen tersebut menyatakan bahwa orang yang membaca لا إله إلا الله sebanyak 70.000 kali akan merasa bahwa jiwanya benar-benar keluar dari tingkat nafsu amarah dan memasuki tingkat lawwâmah. Kita semua tahu bahwa eksperimen adalah salah satu sumber pengetahuan yang diakui.

Pada awal-awal abad ke-20, para ulama pendidik jiwa merasa bahwa لا إله إلا الله  70.000 sudah tidak lagi optimal untuk membuat jiwa manusia naik tingkat, dari ammârah yang menyeru pada kemaksiatan, menuju pada lawwâmah yang mendorong pada kebaikan. Maka mereka menambah jumlah zikir ini, -sesuai eksperimen terbaru- menjadi 100.000 kali.

Perubahan angka ini tidak berarti adanya kesalahan eksperimen. Namun sebenarnya disebabkan oleh faktor perubahan zaman. Karena pada zaman dahulu keberkahan waktu sangatlah banyak, meskipun materi yang dimiliki tidak banyak. Namun pesatnya perkembangan tekhnologi modern telah memberikan perubahan besar dalam aktifitas harian manusia pada zaman ini.

Wallahu A’lam.