Cara Memahami Hadis Kematian Dajjal di Syam

Cara Memahami Hadis Kematian Dajjal di Syam

Cara Memahami Hadis Kematian Dajjal di Syam

Di antara tanda-tanda semakin dekatnya hari kiamat adalah munculnya Dajjal al-Masih. Terdapat sebuah riwayat yang berbicara tentang tempat di mana Dajjal akan dibinasakan. Riwayat tersebut mengisyaratkan bahwa Syam sebagai tempat terakhir Dajjal menghembuskan nafas terakhirnya, prediksi ini oleh beberapa pihak dianggap sebagai bukti bahwa Syam adalah tempat yang sangat istimewa tidak hanya bagi umat Islam tapi bagi seluruh umat manusia di dunia. Adapun riwayat yang dimaksud adalah sebagai berikut:

يَأْتِي الْمَسِيحُ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ، هِمَّتُهُ الْمَدِينَةُ، حَتَّى يَنْزِلَ دُبُرَ أُحُدٍ، ثُمَّ تَصْرِفُ الْمَلَائِكَةُ وَجْهَهُ قِبَلَ الشَّامِ، وَهُنَالِكَ يَهْلِكُ

“Dajjal muncul dari sebelah timur, ia bergerak menuju Madinah, sampai ketika ia singgah di belakang Uhud, lalu malaikat menghantamkan mukanya ke arah Syam, dan di sanalah ia binasa.”

Tempat yang dimaksudkan dalam hadis di atas adalah Bab Ludd, sebuah daerah di Syam, di sanalah kelak Dajjal akan dibinasakan. Hal ini berdasarkan riwayat Nabi SAW bahwa Isa, putera Maryam akan membunuh Dajjal di Bab Ludd. Bab Ludd secara spesifik adalah sebuah perkampungan dekat Masjidil Aqsha, tepatnya di pinggiran Palestina.

Hadis di atas dapat dijumpai di banyak kitab hadis, seperti Shahih Muslim, Sunan al-Tirmidzi, Musnad Ahamad bin Hanbal, Musnad Abu Ya’la, dan Shahih Ibn Hibban. Secara kualitas tidak diragukan lagi bahwa hadis di atas dengan berbagai periwayatannya, baik secara makna maupun secara lafad adalah riwayat yang shahih. Hal ini diakui oleh Abu ‘Isa al-Tirmidzi, demikian pula oleh al-Albani. Oleh sebab itu, hadis di atas memiliki konsekuensi untuk diyakini dan diamalkan.

Argumentasi terkait keberkahan Negeri Syam dengan kematian Dajjal di Negeri tersebut diutarakan oleh Syekh Muhammad Shalih al-Munajjid dalam karyanya Thuba Syam. Dajjal adalah fitnah terbesar sejak diciptakannya Adam sampai akhir zaman, dan ketika Dajjal pada akhirnya dapat ditumpas di Negeri tersebut, menunjukkan bahwa Allah SWT telah memberikan keistimewaan dan keutamaan tersendiri bagi Syam dan penduduknya. Mereka mendapat kehormatan besar atas kematian Dajjal di tanah mereka. Di sana Islam dijunjung tinggi dan berjaya atas kematian Dajjal.

Jika diperhatikan, hadis tersebut pada dasarnya justru hendak mengagungkan Mekah dan Madinah melebihi Syam. Bukankah ketika Madinah didekati Dajjal melalui gunung Uhud, Malaikat menghantamnya dan akhirnya ia binasa di Syam? Banyak sekali riwayat yang justru mengangungkan Mekah dan Madinah melebihi Syam, meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa Syam juga merupakan tempat yang penuh dengan sejarah dan keberkahan tersendiri.

Dalam sebuah hadis shahih disebutkan bahwa Makkah dan Madinah adalah dua tempat yang dijaga oleh Malaikat, tidak sedikitpun Dajjal bisa memasukinya. Hadis yang dimaksud diriwayatkan oleh Anas bin Malik dari Nabi SAW.

لَيْسَ مِنْ بَلَدٍ إِلاَّ سَيَطَؤُهُ الدَّجَّالُ إِلاَّ مَكَّةَ وَالْمَدِينَةَ لَيْسَ لَهُ مِنْ نِقَابِهَا نَقْبٌ إِلاَّ عَلَيْهِ الْمَلاَئِكَةُ صَافِّينَ يَحْرُسُونَهَا ثُمَّ تَرْجُفُ الْمَدِينَةُ بِأَهْلِهَا ثَلاَثَ رَجَفَاتٍ فَيُخْرِجُ اللَّهُ كُلَّ كَافِرٍ وَمُنَافِقٍ

“Tidak ada satu negeri pun melainkan akan dilalui oleh Dajjal, kecuali Makah dan Madinah. Dan tidak ada satu akses jalan pun di Madinah maupun Makah kecuali ada malaikat yang berbaris menjaganya. Kemudian Madinah bergoncang sebanyak tiga kali, dan Allah mengeluarkan darinya orang-orang kafir dan munafik.”

Mekah dan Madinah menjelang hari kiamat terjadi tetaplah suci dan terhormat, tidak sedikitpun Dajjal mampu menginjakkan kaki ke Tanah Haram tersebut. Justru medan pertempuran akhir zaman adalah Syam, di sana Dajjal akan dimusnahkan oleh Isa AS. Hal ini selaras dengan sabda Nabi SAW lainnya, bahwa Syam adalah medan pertempuran akhir zaman. Hadis yang dimaksudkan adalah yang diriwayatkan oleh Abu Darda’, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ فُسْطَاطَ الْمُسْلِمِينَ يَوْمَ الْمَلْحَمَةِ بِالْغُوطَةِ إِلَى جَانِبِ مَدِينَةٍ يُقَالُ لَهَا دِمَشْقُ مِنْ خَيْرِ مَدَائِنِ الشَّامِ

“Sesungguhnya barak kaum muslimin di hari perang besar terjadi berada di Ghauthah (nama sebuah daerah di Syam), sampai ke sisi sebuah kota yang dinamakan Damaskus, kota terbaik dari kota-kota yang ada di Syam.”

Sedikit dapat disimpulkan bahwa Syam, dengan seluruh kelebihan dan keberkahannya memiliki sisi gelapnya tersendiri, di mana Syam akan menjadi medan pertempuran akhir zaman, Dajjal dan Ya’juj dan Ma’juj akan dibinasakan di sana. Sebaliknya Mekah dan Madinah adalah tempat yang paling aman dibandingkan dengan tempat-tempat yang lainnya. Mekah dan Madinah selalu dalam perlindungan Malaikat, alhasil Dajjal gagal memasukinya barang sedikit saja.

Di manapun tempatnya, perang bukanlah suatu hal yang baik untuk didengar, dirasakan dan dialami. Banyak korban jiwa yang akan berjatuhan, kerusakan, dan kebinasaan menjadi suatu kengerian tersendiri. Turunnya Dajjal, dan Malhamah Kubra sudah menjadi warning tersendiri bagi umat Islam, bahwa negeri yang dulunya penuh berkah, di akhir zaman akan kedatangan malapetaka besar yang akan merenggut banyak korban.

Sudah barang tentu secara rasional dan manusiawi orang akan berpindah dari tempat yang tidak aman ke tempat yang lebih aman. Pertahun 2014 saja, data UNHCR menyebutkan sebanyak 866 orang korban konflik Irak dan Suriah mengajukan suaka atau perlindungan, data tersebut meningkat 45 % dibandingkan tahun sebelumnya. Data ini sudah sangat jelas menunjukkan bahwa Suriah bukanlah tempat yang aman untuk dihuni, apalagi dijadikan tempat untuk berhijarah.

Islam adalah agama yang melindungi hak-hak kemanusiaan, baik berkaitan dengan agama, jiwa, akal, keturunan,  dan harta, lima hal ini lebih dikenal dengan maqashid syariah atau tujuan-tujuan syariat. Di wilayah konflik, apalagi dengan kemunculan Dajjal di wilayah tersebut, tidaklah mungkin lima hal tersebut dapat dipertahankan. Untuk itu ketika agama, jiwa, akal, keturunan dan harta manusia tidak lagi dapat dipertahankan dan dilindungi, adalah wajib hukumnya untuk berhijrah ke tempat yang lebih aman.

Untuk itu lebih tepat kiranya disebutkan bahwa Syam adalah negeri penuh berkah dengan diutusnya banyak nabi dan rasul dari tempat tersebut, dengan banyaknya orang-orang saleh yang lahir dari sana, namun tidak dengan kemunculan Dajjal di sana dan kematiannya di sana. Bukankah lebih baik jika dikatakan, Mekah dan Madinah adalah tempat yang lebih baik dari Syam, karena keduanya dijaga oleh Malaikat dan Dajjal sedikitpun tidak bisa memasukinya?