Komitmen Arab Saudi untuk mulai mengembangkan corak keislaman yang moderat ternyata bukanlah isapan jempol belaka. Melalui Duta Besar (Dubes) Kerajaan Saudi, Usamah bin Muhammad, mereka melakukan pertemuan dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Pertemuan ini tentu saja angin segar bagi kedua belah pihak. Seperti jamak diketahui, di masa kepemimpinan Prof. Said Aqil, hubungan antara Arab Saudi dengan PBNU cenderung tidak hangat. Bahkan, konon, beliau masuk salah satu orang yang masuk dalam ‘daftar hitam‘ Arab Saudi.
Hal itu ditengarai oleh kritik pedas yang kerap dilontarkan Oleh Prof. Said Aqil kepada Arab Saudi. Kritikan itu terkait konservatisme dan pelbagai kebijakan keagamaan yang dikeluarkan Arab Saudi. Padahal, beliau merupakan Lulusan ‘Arab’ dan alumni dari Universitas Umm Al-Qura, lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan Arab Saudi.
Kini, setelah Pangeran Muhammad bin Salman mulai berbicara di dunia internasional terkait perubahan reformasi Arab Saudi dan upayanya membuat Arab Saudi lebih moderat, segalanya mulai berubah. Melalui Dubes mereka, kebijakan itu mulai digalakkan dan dimulai dari Indonesia, serta menggandeng Nahdlatul ulama.
“Yang lalu biarlah berlalu. Mari kita bekerja sama mengembangkan Islam moderat,” tutur Usamah bin Muhammad seperti dilansur dari NU Online.
Pertemuan ini merupakan yang pertama di era kepemimpinan Kiai Said. Dubes kerajaan Saudi itu juga menjelaskan komitmen kerajaan dalam pengembangan islam moderat dan jaminan kebebasan bermazhab di seantero Arab.
Sementara itu terkait kritikan Prof. Said Aqil Siradj kepada Arab Saudi, menurut beliau tidak mempersoalkan pemerintah Arab Saudi, apalagi membenci.
“Yang saya tentang selama ini Wahabi alumni Arab Saudi yang mensyirik-syirikkan, mengkafir-kafirkan, membid’ah-bid’ahkan Muslim Indonesia,” tegas Prof. Said Aqil.
Hal senada juga diutarakan oleh Sekjen PBNU, Helmy Faisal Zaini, yang turut hadir dalam pertemuan tersebut. Pertemuan antara kedua belah pihak pun berlangsung gayeng, bahkan makan bersama satu meja.
“Komitmen Kerajaan Saudi Arabia dalam mengembangkan Islam yang moderat dapat dimulai dengan menghormati dan memberikan jaminan Kebebasan bermadzhab kepada seluruh Umat Islam dunia yg melaksanakan Haji dan Umroh di tanah haram,” tambah beliau.
Perubahan Arab Saudi menjadi lebih moderat tentu saja era baru bagi dunia islam. Wahabi dan konservatisme yang kerap diidentikkan dengan Saudi Arabia mulai ditinggalkan perlahan-lahan berkat reformasi yang dilakukan Pangeran Muhammed bin Salman. Tentu saja, hal ini patut ditunggu mengingat masih banyaknya kaum konservatif di Indonesia yang masih mengacu pada Arab Saudi lawas. Padahal, negara rujukannya sudah mulai moderat seperti Indonesia.