Jarang ada kebudayaan lain di mana dunia tulis-menulis memainkan peranan yang begitu penting seperti dalam peradaban Islam. Ilmu, yang berarti seluruh dunia pemikiran, menarik perhatian orang-orang muslim lebih dari segalanya. ~ (Pedersen, 1996: 57)
Sebagaimana dikisahkan dalam hadis-hadis sahih, bahwa ayat pertama yang diturunkan oleh Allah kepada baginda kanjeng Nabi Muhammad SAW adalah ayat berisi perintah membaca; Iqra’ bismirabbik (bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu). Ayat yang menegaskan pentingnya membaca. Sebab membaca adalah gerbang ilmu pengetahuan.
Membincang tentang dunia perbukuan dalam Islam tidak bisa dilepaskan dari sejarah tulis-menulis dalam tradisi Islam di era kenabian. Dalam buku-buku sejarah penulisan (kitabah) maupun pembukuan (tadwin) baik al-Quran dan juga hadis, telah banyak informasi yang menunjukkan bahwa tradisi penulisan kedua sumber utama hukum Islam ini telah dilakukan sejak masa-masa awal Islam. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi penulisan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dunia Islam.
Belakangan ini telah banyak diterbitkan kumpulan karya tafsir para sahabat besar Nabi Muhammad SAW yang dihimpun dari berbagai kutipan atau nukilan di berbagai kitab. Bahkan, jika kita merujuk Tarikh at-Turats al-Arabi karya Fuat Sezgin, kita akan mendapat banyak informasi berharga mengenai karya-karya sarjana muslim awal (sahabat dan tabiin) dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan keislaman.
Meski demikian, yang patut kita catat lagi adalah kontribusi para penyalin naskah dalam penyebaran karya-karya sarjana klasik. Sebab, perkembangan dunia tulis menulis dalam sejarah intelektual dunia Islam tidak bisa dilepaskan dari jasa para penyalin naskah yang disebut dengan “al-Warraq” (berasal dari kata waraq yang bermakna lembaran atau kertas). Mengenai hal ini saya sudah mengulasnya dalam tulisan berjudul Peran Penyalin Naskah dalam Sejarah Perbukuan Islam (https://islami.co/peran-penyalin-naskah-dalam-sejarah-perbukuan-islam/ ).
Sejarah Awal Perpustakaan Islam
Mengingat pentingnya merawat informasi tertulis berupa ilmu pengetahuan yang telah dibukukan atau bahkan masih berbentuk lembaran-lembaran manuskrip, perpustakaan baik yang bersifat umum maupun khusus (milik pribadi) menempati posisi yang sangat penting. Perpustakaan dalam dunia Islam merupakan salah satu bukti adanya dinamika dan perkembangan intelektual Islam.
Sebagian sahabat Nabi dan juga para tabiin memiliki perpustakaan pribadi untuk menyimpan koleksi baik berupa lembaran catatan (suhuf) al-quran dan juga hadis. Manna’ Khalil Qaththan dalam Manahil al-Irfan, menginformasikan bahwa sahabat Abdullah bin Mas’ud menyimpan salinan mushaf al-Quran yang ditulisnya sendiri di rumahnya.
Abdul Hayy al-Kattani dalam Tarikh al-Maktabat al-Islamiyyah wa Man Allafa fil Kutub dengan secara baik mengulas tentang dunia perpustakaan dalam Islam berikut para penulis-penulis karya keislaman yang memenuhi rak perpustakaan. Dalam buku ini, Al-Kattani, berbeda pendapat dengan George Zaidan yang mengatakan bahwa perpustakaan umum pertama di dunia Islam baru muncul di era Abbasiyyah. Sementara menurut al-Kattani, sejak era Abu Bakar as-Shiddiq, sudah ada perpustakaan yang menghimpun lembaran-lembaran mushaf al-Quran.
Terlepas dari perdebatan siapa dan kapan dimulainya pembangunan perpustakaan dalam dunia Islam, yang jelas perpustakaan merupakan jantung peradaban sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduruan sebuah peradaban salah satu tolok ukurnya adalah perpustakaan. Jika Seno Gumira mengatakan bahwa jalan raya adalah cermin wajah sebuah bangsa, maka saya bisa katakana bahwa perpustakaan adalah cermin otak sebuah bangsa. Lantas pertanyaannya sekarang adalah bagaimana dengan perpustakaan kita hari ini? Jawablah dengan jujur!