Bukan Sunan Bonang, Ini Ulama Pencetus “Tombo Ati”

Bukan Sunan Bonang, Ini Ulama Pencetus “Tombo Ati”

Siapa sangka, isi dari lagu tombo ati sudah ada jauh sebelum Sunan Bonang

Bukan Sunan Bonang, Ini Ulama Pencetus “Tombo Ati”

Tombo ati iku limo perkarane.

Kaping pisan moco Qur’an lan maknane.

Kaping pindo sholat wengi lakonono.

Kaping telu wong kang sholeh kumpulono.

Kaping papat kudu weteng ingkang luwe.

Kaping limo dzikir wengi ingkang suwe.”

Masa kecil kita mungkin tak akan lepas dari lagu menarik itu. Biasa dibaca saat mengaji di TPA atau di sela-sela adzan dan iqamah, bagi generasi 90an, lagu itu sudah sangat nempel di kepala, khususnya anak-anak yang tinggal di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Saking terkenalnya lagu itu, seorang penyanyi religi, Opick menggubahnya dengan bahasa Indonesia. Sama seperti lagu jawanya, lagu yang dibawakan Opick ini juga terkenal ke seluruh Indonesia.

Terkait siapa pencipta lagu itu, guru-guru kita memberikan informasi bahwa pencipta lagu itu adalah Sunan Bonang. Lagu itu diciptakan agar objek dakwahnya, yaitu orang Jawa pada saat itu, mudah memahami ajaran-ajaran yang didakwahkannya. Beberapa riwayat lain menyebutkan bahwa penciptanya adalah Sunan Kalijaga.

Bukan Sunan Bonang atau Sunan Kalijaga, isi dari lagu “Tombo Ati” ini justru sudah ada jauh sebelum keduanya. Konsep “Tombo Ati” ini sudah terlebih dahulu dimunculkan oleh seorang ulama kenamaan pada abad ke-3 Hijriyah, Ibrahim bin Ahmad, biasa juga dipanggil Abu Ishaq al-Khawwash. Walaupun secara urutan tidak sama.

Imam an-Nawawi pernah mengutip kaul Ibrahim al-Khawash ini dalam salah satu bab dalam kitab al-Adzkar an-Nawawi-nya. Saat itu, Imam an-Nawawi sedang menjelaskan pentingnya menghayati makna Al-Quran pada saat membacanya.

وقال السيد الجليل صاحب الكرامات والمعارف والمواهب واللطائف, إبراهيم الخواص رضي الله تعالى عنه: دواء القلب خمسة أشياء: قرأة القرأن بالتدبر, وخلاء البطن, وقيام الليل, والتضرع عند السحر, ومجالسة الصالحين.

Artinya, “Telah berkata tuan mulia yang memiliki beberapa karamah,  ilmu kemakrifatan, dan karunia , Ibrahim Al Khawash Radiyallahu ta’ala ‘anhu: ‘Obat hati itu ada lima: mambaca Quran dengan bertadabbur (memikir-mikir) makananya, mengosongkan perut (puasa), menegakkan malam (dengan beribadah), berdzikir khusuk di waktu sahur, dan bergaul dengan orang-orang saleh.’

Jika diperinci maka “Tombo Ati” yang pertama (moco quran lak maknane) sesuai dengan perkataan Ibrahim al-Khawash. “Qiraatul quran bit tadabbur”, yakni membaca Al-Quran dengan menghayati maknanya.

Kedua, sesuai dengan “qiyamul lail”, yaitu mendirikan shalat malam (Sholat wengi lakonono.)

Ketiga, sesuai dengan “Mujalasah al-shalihin”, yaitu berkumpul dengan orang-orang saleh (wong kang sholeh kumpulono)

Keempat, sesuai dengan “khalaul bathin”, yaitu mengosongkan perut atau puasa (kudu weteng ingkang luwe).

Kelima, sesuai dengan “at-tadharru’ inda as-sahur”, yaitu mendekatkan diri kepada Allah pada waktu sepertiga malam (dzikir wengi ingkang suwe).

Wallahu A’lam.