Bukan Hanya Islam, Agama-agama Lain Pun Marah Kepada Trump dan Israel

Bukan Hanya Islam, Agama-agama Lain Pun Marah Kepada Trump dan Israel

Bukan Hanya Islam, Agama-agama Lain Pun Marah Kepada Trump dan Israel

Apa yang dilakukan Donald Trump yang mengakui pemindahan ibukota Israel dari Tel Aviv ke Yerussalem memang membuat umat muslim dunia meradang, tapi ternyata umat lain pun menyuarakan hal yang sama. Komunitas Kristen Ortodok di Israel pun melakukan penolakan.

Melalui 13 pemimpin mereka yang tersebar di pelbagai gereja dan keuskupan, secara resmi melakukan penolakan terhadap otoritas Israel atas klaim Yerussalem. Melalui surat bersama ini, mereka mengajak untuk kembali menegaskan bahwa Yerussalem adalah rumah bersama Kristen, Yahudi dan Islam.

“Kami meminta Anda, Tuan Presiden, untuk menolong kami semua untuk menyebarkan cinta sebagai makna damai (bersama orang lain) dan tentu hal tersebut tidak bisa terjadi jika Yerussalem bukan milik bersama,” tutur surat itu sebagaimana dikutip dari the Times of Israel

Surat itu ditanda tangani oleh pemimpin keagamaan dari Greek, Suriah, Armenia, Etiopia dan gereja-gereja di Eropa dan Timur Tengah.

Selain itu, Romo Suharyo dari Presidum Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) pun menyayangkan pengakuan tersebut karena akan mengakibatkan konflik yang kian tinggi di Palestina.

“Bagi umat apa pun, Yerusalem tetap akan jadi kota suci karena sebagai lambang. Iman Katolik tidak akan berubah siapa pun yang menguasai Yerusalem,” tutur Romo Suharyo seperti dikutip dari BBC (10/12)

Beliau pun menambahkan, bahwa proses Yerussalem menjadi ibukota Israel secara sepihak harusnya tidak bisa dilakukan dan senantiasa menyertakan ruang dialog.

“Penyelesaian menyeluruh sedemikian sesungguhnya mengharuskan status Yerusalem diselesaikan dalam dialog konstruktif mempertimbangkan aspirasi dan kepentingan kedua belah pihak,” lanjutnya.

Pengakuan dari Amerika Serikat Sabtu lalu mengejutkan banyak pihak, apalagi Donald Trump sebagai presiden Amerika berkata bahwa sudah selayaknya Yerussalem menjadi ibukota Israel. Hal itu menimbulkan kemarahan banyak pihak dan berpotensi menimbulkan peperangan di Palestina.