Sebagian besar pemimpin dan Jenderal lapangan ISIS adalah mantan tentara Saddam Hussein dari Partai Ba’ath yang dipecat secara massal pasca invasi Amerika Serikat ke Iraq tahun 2003. Partai Ba’ath adalah partai milik Saddam Hussein yang digunakan sebagai pembenaran dari eksistensi Saddam Hussein di Iraq.
Para tentara, mulai dari tamtama, bintara sampai perwira, yang selama ini menikmati kehidupan sebagai warga kelas 1 di Iraq menjadi beringas dan liar, karena privilese mereka tiba-tiba terputus. Mereka kemudian secara terbuka maupun tertutup mendukung, dan/atau bersimpati dengan gerakan-gerakan perlawanan terhadap pemerintah Iraq yang dianggap berkolusi dengan asing. Gerakan-gerakan ini bukan hanya gerakan politik dan protes di jalan-jalan, tapi juga gerakan yang memakai kekerasan dan teror.
Lebih bahayanya, mereka pun bergandengan dengan kelompok teror yang punya dasar ideologi yang berbeda dengan mereka, sepanjang musuh mereka itu sama. Inilah salah satu alasan kenapa ISIS itu bisa dengan cepat bisa menguasai hampir 30% wilayah Iraq di puncak kekuasaannya.
Kombinasi dari orang atau kelompok yang selama ini merasa dirinya di atas hukum, punya akses komando ke prajurit lapangan dan akses ke senjata serta taktik militer, dan dana, yang kemudian tiba-tiba diturunkan sehingga menjadi tidak relevan lagi, adalah kombinasi yang sangat berbahaya. Mereka pasti akan melawan, baik secara ‘overt’ maupun ‘covert’, bahkan dengan orang atau kelompok yang tidak kompatibel secara ideologi dengan mereka, sepanjang musuh mereka sama. Enemy of my enemy is my friend.
Jokowi sudah diumumkan sebagai pemenang Pilpres 2019 dan akan dilantik lagi sebagai Presiden Indonesia 2019 – 2024. Beliau sudah mengatakan bahwa beliau tidak punya beban lagi dan fokus beliau di pemerintahan berikut ini adalah penguatan sumber daya manusia.
Dua kombinasi Jokowi di atas berpotensi membuat banyak sekali orang-orang yang selama ini menganggap diri mereka sebagai warga negara kelas satu yang akan tersingkir, sakit hati, bahkan terganggu sumber pendapatan mereka. Bahkan tidak mungkin, mereka ini datang dari kalangan dengan latar belakang militer yang tidak bisa menikmati masa purnanya dengan enak, karena ‘retirement plans’ mereka terganggu kebijakan Jokowi. Apabila proses pembangunan sumber daya manusia ini tidak dikelola dengan baik, maka akan sangat berbahaya di saat Jokowi sudah tidak memerintah lagi di tahun 2024.
Ini adalah bom waktu yang harus dipikirkan oleh Jokowi, karena waktu 5 tahun itu tidak lama. Kombinasi antara kelompok sakit hati yang masih punya loyalis di dalam institusi militer dengan akses ke taktik dan senjata, digabung dengan para pebisnis hitam yang dihalang-halangi untuk bisa meraup lebih banyak kekayaan dengan cara-cara ilegal dan ditunjang dengan kekuatan ideologi kekerasan berbasis ekstrimisme akan menjadi kombinasi yang sangat berbahaya pasca Jokowi di 2024 nanti. Jokowi berpotensi menciptakan pertarungan bebas yang akan kontraproduktif terhadap apa yang selama ini beliau kerjakan.
Untuk itu maka Jokowi harus memilih orang-orang yang punya visi tentang Indonesia, 20-25 tahun ke depan dan bukan hanya memikirkan Indonesia di jaman pemerintahan Jokowi saja. Kalau Jokowi main hantam saja, maka bom waktu itu akan semakin nyata, semakin besar dan kekuatan destruktifnya akan semakin tinggi, tapi kalau dia bisa memainkan ‘purge’ ini secara cermat, maka Indonesia akan baik-baik saja.
*) Alto Luger, pengamat perang, pernah tinggal di Irak semasa konflik.