Bom Sarinah

Bom Sarinah

Bukan kalian yang merasa paling benar. Bukan teror yang menakuti banyak orang

Bom Sarinah

/1/
Aku adalah kalimat suci yang kalian baca setiap hari lima kali
Laksana obat, seharusnya aku bisa menyembuhkan kalian dari berbagai penyakit
Namun aku hanya dibaca tanpa dicerna, sehingga aku pun lewat begitu saja

Aku tahu kalian terlalu sibuk, sampai waktu sejenak pun sulit dibujuk
Atau karena aku hanya seonggok kalimat ringan yang kalian hapal sejak usia bocah ingusan
Atau mungkin sang imam shalat terlalu cepat, sampai aku tak dapat tempat
Atau mungkin kalian terburu-buru hendak jihad melawan saudaramu sendiri
Atau mungkin benderang telah ditabuh, di mana kalian takut terbunuh

Sebenarnya, siapa yang kalian sembah? 
Tuhan atau Jihad?

Jangan-jangan, kalian telah rabun
Berjihad atas nama Tuhan? 
Atau menuhankan jihad? 

Saranku, segeralah ke optik terdekat
Sebelum datang Amerika Serikat
Dan rupiah anjlok berlipat-lipat

/2/
Aku adalah kalimat yang di-install jutaan umat berabad-abad
Pada Kamis 14 Januari 2016, dunia geger karena berita dari Sarinah Jakarta
Sebuah bom meledak, terjadi baku tembak, dan mayat-mayat tergeletak
Aktivitas kota terhenti, lampu merah mati, semua berhati-hati
Teriakan histeris terdengar, air mata mengalir, darah suci bercucuran
Semua panik, dari bapak direktur, nona karyawan, polisi juga pelamar kerja
Tujuh nyawa suci hilang; dua warga sipil dan lima pelaku
Ditambah 24 korban luka fisik, dan ratusan benda mati yang kian mati

Hari ini dan hari-hari setelahnya, mencatat para pelaku sebagai sejarah kelam
Kalian diindikasi berafiliasi dengan jaringan teroris internasional ISIS
Ada Sunakim alias Afif, Sugianto, juga Ajad Sudrajad
Kalian mati sedangkan keluarga menangis tanpa henti
Sang istri kehilangan kasih sayang, para anak terhempas masa depan

Belum lagi para korban yang tak bersalah, pergi begitu saja
Padahal jika tidak dibunuh, mereka akan shalat ribuan rokaat
Mereka juga akan bersedekah sekian juta rupiah dalam hidupnya
Dan yang tak kalah penting mereka akan beranak pinak 
Sampai cucu-cicit dan tujuh turunan selanjutnya
Beribadah, bersosial, mengubah dunia lebihbaik

Lalu, mengapa kalian bunuh mereka?
Tuhan saja tidak tega membunuhnya?
Jadi, lebih mahabenar mana,
Antara kalian dan Tuhan?! 

Pun, kalau kalian ingin membunuh, 
Bunuhlah apa yang ada dalam diri kalian
Bukan apa yang ada di luar kalian
Karena musuh yang tampak sudah habis kala perang Badr
Kini hanya musuh hawa nafsu yang bercokol dan harus diperangi

Bunuh keegosian kalian, yang membuat dunia ini tak imbang
Bunuh kedengkian kalian, yang menjadikan umat saling mencaci-maki
Bunuh kesombongan kalian, yang menjadikan nasihat ditolak mentah

Dan berjihadlah
Demi perjuangkan tiga hal:
kemanusiaan, kebersamaan, dan kedamaian. 

 
/3/ 
Aku adalah doa dan janji yang kalian baca di bawah ini:

Allahu akbar kabira, wal hamdulillahi katsira, wa subhanallahi bukratan wa ashila
Allah Mahabesar lagi Sempurna kebesarannya, segala puji bagi-Nya dan Mahasuci Allah sepanjang pagi dan sore. 

Inni wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samawati wal ardhi hanifam muslimaw wa ma ana minal musyrikin
Sesungguhnya aku, kuhadapkan wajahku, wajah hatiku kepada Dzat yg menciptakan langit dan bumi dengan keadaan lurus dan menyerahkan diri dan aku bukanlah dari golongan kaum musyrikin. 

Inna shalati wa nusuki wa mahyaya wa ma mati lillahi rabbil ‘alamin
Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku semata-mata hanya untuk Allah, Tuhan sekalian alam. 

La syarikalahu wa bidzalika umirtu wa ana minal muslimin
Tidak ada sekutu bagi-Nya dan dengan itu aku diperintahkan untuk tidak menyekutukan bagi-Nya dan aku teramsuk dari golongan orang yang berserah (muslimin).”

Bahwa yang memberikan HIDUP dan KEHIDUPAN
Juga yang memberikan MATI dan KEMATIAN 
Bukan KALIAN yang merasa paling benar
Bukan TEROR yang menakuti banyak orang
Bukan BOM yang dikutuk selamanya

Namun Tuhan 
dengan segala
Kasih sayang-Nya!

(Jakarta, 15-16 Januari 2016) 

 

Ahmad Jaelani adalah penyair dan jurnalis. Alumnus PP Tebuireng, Jombang.