Bolehkah Puasa Selama Setahun Terus Menerus?

Bolehkah Puasa Selama Setahun Terus Menerus?

Bolehkah Puasa Selama Setahun Terus Menerus?
Ilustrasi puasa. (foto: healthline)

Di dalam hadis Nabi SAW banyak disebutkan beberapa macam puasa yang disunahkan selain dari puasa wajib, yaitu yang dilakukan di bulan Ramadan. Seperti yang kita pada hari-hari ini. Beberapa puasa yang dikategorikan sebagai sunah diantaranya adalah puasa di hari Senin dan Kamis, puasa tiga hari di setiap pertengahan bulan, puasa enam hari di bulan Syawal, hingga puasa ‘Asyura. Lalu, bagaimana dengan puasa selama setahun terus menerus, apakah disunahkan juga?

Sebelum mengetahui sunah atau tidak, kita perlu mengetahui bahwa dalam sepanjang tahun ada hari-hari yang para ulama sepakat diharamkan berpuasa pada hari tersebut. Pertama adalah hari raya idul fitri. Kedua adalah hari raya idul adha. Dan terakhir adalah tiga hari setelah hari raya Idul Adha/10 Zulhijjah yang disebut sebagai hari tasyriq (ayyam at-tasyriq). Karena itu, sebenarnya hampir tidak ada orang yang yang berpuasa penuh selama satu tahun.

Terkait dengan puasa sepanjang tahun, dalam satu hadis riwayat Imam at-Tirmidzi, Nabi SAW pernah ditanya terkait dengan puasa sepanjang tahun, showmu ad-dahr,

عن عبد الله بن معبد عن أبي قتادة قال: قيل يا رسول الله كيف لمن صام الدّهر قال: لا صام ولا أفطر أو لم يصم ولم يفطر

Dari Abdullah bin Ma’bad dari Abi Qatadah beliau berkata: “ditanyakan (kepada Nabi), Ya Rasul, bagaimana tentang orang yang puasa sepanjang tahun?” Beliau menjawab: “tidak ada puasa dan tidak ada berbuka”

 Dalam Sunan at-Tirmidzi, hadis ini dijadikan dasar oleh para ulama tentang tidak bolehnya berpuasa sepanjang tahun (karaahiyyatu showmi ad-dahr). Sebagai pengetahuan, ketika Imam at-Tirmidzi menggunakan redaksi karaahiyyah, maknanya sebenarnya sama dengan mengharamkan (at-tahrim).

Adapun orang yang berpuasa sepanjang tahun kecuali di hari-hari yang diharamkan berpuasa, maka ia tidak masuk ke dalam melakukan puasa yang diharamkan. Pendapat ini diantaranya bersumber dari pendapat Malik bin Anas, as-Syafi’i, dan Ahmad bin Hanbal. Wallahu A’lam