Bolehkah Dzikir dengan Mengeraskan Suara?

Bolehkah Dzikir dengan Mengeraskan Suara?

Bolehkah Dzikir dengan Mengeraskan Suara?

Dzikir merupakan ibadah yang banyak disinggung baik dalam al-Qur’an maupun hadits. Dzikir merupakan perintah Allah dan Rasul-Nya yang harus dilaksanakan setiap saat, di manapun dan kapanpun. Di dunia pesantren dzikir bagian daripada senjata yang berpengaruh terhadap proses dalam pendidikan itu sendiri, sehingga sejauh mana bisa bermanfaat dan berpengaruh bagi orang, disitu dzikir ikut berperan didalamnya. Rasulullah mengajarkan kepda para sahabat, sahabat kepada para Tabiin sampai dzikir tersebut sampai kepada kita lewat ajaran ulama dipesantren atau majelis Ta’lim. 


Dzikir memiliki banyak keutamaan, salah satunya adalah dapat membuat hati menjadi tenang. Karena itulah maka dzikir mesti kerap dilakukan dan diistiqamhkan, agar hati kita senantiasa tenang dan senantiasa mengingat Allah. Lalu bagaimanakah berdzikir bolehkah dengan suara jahr (nyaring/keras)?

Para ulama bersepakat bahwa dzikir setelah selesai shalat itu sangat dianjurkan. Bahkan Rasulullah pernah mengatakan bahwa doa yang paling didengar Allah itu diantaranya adalah pada waktu tengah malam dan setelah selesai shalat lima waktu. Di sini kita baru paham kenapa setelah selesai shalat para ulama menganjurkan supaya jangan bubar terlebih dahulu, karena di waktu itu kita diharuskan berkonsentrasi berdzikir dan meminta kepada Allah.

Lalu apakah boleh dzikir dilakukan dengan suara nyaring/keras? Bukankah Allah SWT itu maha mendengar. Salah satu Ahli tafsir masa Sahabat yaitu Ibnu Abbas RA, pernah menjadi saksi bahwa bagian kebiasaan dzikir dengan nyaring setelah shalat itu pernah terjadi pada masa Rasulullah SAW.