Bolehkah Berdoa untuk Minta Ganti Kepada Allah Atas Musibah yang Terjadi?

Bolehkah Berdoa untuk Minta Ganti Kepada Allah Atas Musibah yang Terjadi?

Bolehkah berdoa kepada Allah untuk meminta ganti setelah musibah?

Bolehkah Berdoa untuk Minta Ganti Kepada Allah Atas Musibah yang Terjadi?
Ilustrasi perempuan berdoa (Freepik)

Saat ini sudah bukan zamannya lagi film Doraemon, sekarang banyak orang yang sudah tidak bisa bekerja sehingga disebut Dorakerjo, Doranyambutgawe. Bahkan ada pula yang kesulitan untuk makan sehingga namanya disebut Doramangan.

Rasa takut, kekurangan harta, makanan, hilangnya nyawa dan sebagainya sudah diingatkan dalam Al-Qur’an:

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

Artinya:

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS: Al-Baqarah ayat 155)

Kelanjutan ayat tersebut yang dimaksud orang yang sabar adalah orang yang menyerahkan segala sesuatu yang terjadi kepada Allah, Innalillah wa Inna ilaihi Raji’un (istirja’).

Dijelaskan dalam sebuah hadis bahwa apa yang hilang dari kita saat terjadi musibah boleh bagi kita untuk meminta ganti kepada Allah.

Hadis tersebut berbunyi:

 ﻣَﻦِ اﺳْﺘَﺮْﺟَﻊَ ﻋِﻨْﺪَ اﻟْﻤُﺼِﻴﺒَﺔِ ﺟَﺒَﺮَ اﻟﻠﻪُ ﻣَﻌْﺼِﻴَﺘَﻪُ، ﻭَﺃَﺣْﺴَﻦَ ﻋُﻘْﺒَﺎﻩُ، ﻭَﺟَﻌَﻞَ ﻟَﻪُ ﺧَﻠَﻔًﺎ ﺻَﺎﻟِﺤًﺎ ﻳﺮﺿﺎﻩ

“Barangsiapa membaca kalimat istirja’ (Innalilahi wa Inna ilaihi Raji’un, kita adalah milik Allah dan semuanya akan kembali kepada Allah) maka Allah akan menutupi dosa kesalahannya, Allah jadikan akhir yang baik baginya dan Allah memberi ganti yang baik baginya dan diridhai-Nya” (HR Baihaqi dalam Syu’ab Al Iman)

Namun bagi sebagian ulama khususnya dari kalangan Shufi, mereka lebih memilih untuk menerima apapun yang diberikan oleh Allah dan tidak menuntut apapun dari musibah sebagai bentuk luhurnya etika kepada Allah.

Syekh Ibnu Athaillah Assakandari berkata:

كيف تطلب العوض على عمل هو متصدق به عليك؟

“Bagaimana mungkin engkau meminta ganti kepada Allah atas perbuatan padahal Allah-lah yang memberikan perbuatan itu kepadamu?” (Al-Hikam, maqalah 253)

Adakah tuntunan berdoa meminta ganti kepada Allah atas musibah yang terjadi? Betul, ada.

Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadis dari Sahabat perempuan bernama Ummu Salamah. Bahwa beliau mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:

 ﻣَﺎ ﻣِﻦْ ﻋَﺒْﺪٍ ﺗُﺼِﻴﺒُﻪُ ﻣُﺼِﻴﺒَﺔٌ، ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ: ﺇِﻧَّﺎ ﻟِﻠَّﻪِ ﻭَﺇِﻧَّﺎ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺭَاﺟِﻌُﻮﻥَ اﻟﻠﻬُﻢَّ ﺃْﺟُﺮْﻧِﻲ ﻓِﻲ ﻣﺼﻴﺒﺘﻲ، ﻭَﺃَﺧْﻠِﻒْ ﻟِﻲ ﺧَﻴْﺮًا ﻣِﻨْﻬَﺎ، ﺇِﻻَّ ﺃَﺟَﺮَﻩُ اﻟﻠﻪُ ﻓِﻲ ﻣُﺼِﻴﺒَﺘِﻪِ، ﻭَﺃَﺧْﻠَﻒَ ﻟَﻪُ ﺧَﻴْﺮًا ﻣِﻨْﻬَﺎ

“Tidak ada seorang hamba yang tertimpa musibah kemudian dia berdoa: “Kami adalah milik Allah dan kepada Allah kami kembali. Ya Allah berilah pahala atas musibah saya dan berilah ganti yang lebih baik daripada musibah ini”, kecuali Allah akan memberi pahala dalam musibahnya dan memberi ganti yang lebih baik daripada musibah tersebut”

Ummu Salamah menceritakan bahwa ketika suaminya wafat beliau membaca doa tersebut. Kemudian beliau dinikah oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Dan Nabi menjadi pengganti yang lebih baik (HR Muslim)

Dulu saat saya berstatus mondok di Ploso, saya sering mendengar Kyai Zainuddin Jazuli berdoa dengan doa Sahabat Ibnu Abbas:

ﻋَﻦْ ﺳَﻌِﻴﺪِ ﺑْﻦِ ﺟُﺒَﻴْﺮٍ، ﻗَﺎﻝَ: ﻛَﺎﻥَ ﻣِﻦْ ﺩُﻋَﺎءِ اﺑْﻦِ ﻋَﺒَّﺎﺱٍ اﻟَّﺬِﻱ ﻻَ ﻳَﺪَﻉُ ﺑَﻴْﻦَ اﻟﺮُّﻛْﻦِ، ﻭَاﻟْﻤَﻘَﺎﻡِ ﺃَﻥْ ﻳَﻘُﻮﻝَ: اﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻗَﻨِّﻌْﻨِﻲ ﺑِﻤَﺎ ﺭَﺯَﻗْﺘﻨِﻲ، ﻭَاﺧْﻠُﻒْ ﻟِﻲ ﻓِﻴﻪِ، ﻭَاﺧْﻠُﻒْ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﻏﺎﺋﺒﺔ ﻟِﻲ ﺑِﺨَﻴْﺮٍ

Sa’id bin Jubair berkata bahwa diantara doa yang dibaca oleh Ibnu Abbas di antara Rukun Yamani dan Maqam Ibrahim (dekat Ka’bah) adalah: “Ya Allah berilah kecukupan kepadaku dengan rezeki pemberian-Mu, berilah ganti untukku dalam rezeki itu. Dan berilah ganti kepadaku atas setiap (nikmat) yang hilang dariku dengan ganti yang lebih baik” (Riwayat Mushannaf Abd Razzaq, juga terdapat dalam al-Mustadrak al-Hakim dan dikutip oleh Imam Ghazali dalam kitab Ihya’)