Biografi Shafiyyah,  Istri Rasulullah yang Keturunan Yahudi

Biografi Shafiyyah,  Istri Rasulullah yang Keturunan Yahudi

Biografi Shafiyyah,  Istri Rasulullah yang Keturunan Yahudi

Institute[:id]Perang Khaibar. Inilah titik awal pertemuan Rasulullah Saw. dengan putri dari pasangan Huyai bin Akhthab, pemimpin besar Yahudi Bani Nadhir dan Bararah bin Samu’ul. Ia bernama Shafiyyah. Gadis berumur 17 tahun ini sudah janda karena bercerai dengan suaminya, Salam bin Abul Huqaiq. Ia menikah lagi dengan Kinanah, namun suami keduanya ini gugur ketika melawan pasukan muslim di perang Khaibar, tahun 4 Hijriyyah. Kedua suaminya tersebut merupakan penyair-penyair hebat di kalangan Yahudi.

Ketika kemenangan perang Khaibar berada di pihak pasukan muslim, Shafiyyah termasuk dalam barisan perempuanYahudi yang di tawan dan menjadi harta milik Dihyah al-Kalbi. Namun salah satu shahabat mengatakan kepada Rasululah bahwa Shafiyyah semestinya hanya layak untuk Rasulullah  bukan untuk Dihyah, karena ia memiliki nasab dan kehormatan yang tinggi. Rasulullah  pun menyuruh Dihyah membawa Shafiyyah menghadap kepadanya.

Benar saja, Shafiyyah bukan sembarang tawanan biasa, saat itu Allah Swt menyisipkan rasa cinta di hati Rasulullah  dan memerintahkan untuk menikahi perempuanberparas cantik dan santun  tersebut. Setelah itu, Rasulullah  pun memberi tujuh perempuantawanan biasa kepada Dihyah sebagai ganti dari Shafiyyah yang sekarang menjadi milik Rasulullah.  Kemudian beliau  menikahi Shafiyyah yang telah memeluk Islam dengan kemerdekaan sebagai maharnya.

Rasulullah  menyerahkannya kepada Ummu Sulaim untuk dirias. Dan esok paginya Rasulullah  mengadakan pesta pernikahannya dengan Shafiyyah yang didatangi oleh para shahabat yang membantu membawakan keju, kurma dan minyak samin untuk dihidangkan.

Kecantikan dan keunggulan akhlak Shafiyyah menjadikan istri-istri Rasulullah  yang lain dirundung rasa cemburu. Suatu ketika Rasulullah  melaksanakan haji bersama istri-istrinya. Tiba-tiba unta yang ditunggangi Shafiyyah menderum, berhenti mendadak, enggan berjalan. Ia pun menangis, Rasulullah  menghampirinya, mengusap air matanya dan menenangkannya.

Lalu, Nabi Saw  menurunkan Shafiyyah dan menyuruh istrinya (Zainab bint Jahsy) agar meminjamkan untanya untuk Shafiyyah. Namun Zainab enggan dan berkata: “Aku meminjamkan perempuanyahudi mu? Mendengar itu, Rasulullah  pun marah dan tidak mau berbicara dengan Zainab sampai kembali ke Madinah. Bahkan sampai bulan Muharram dan Shafar tidak mendatanginya, tidak menggilirnya sampai Zainab menyesali perbuatannya.

Ketika Shafiyyah datang dari khaibar, wanita-perempuanAnshar mendatanginya, penasaran dengan paras cantikannya, begitupula dengan Aisyah ra, ia datang tetapi memakai niqab, Rasulullah  pun bertanya kepada Aisyah, “Bagaimana kamu bisa melihat jika wajahmu tertutup niqab? Aisyah ra. yang terbakar cemburu pun berkata: Aku melihat perempuanyahudi?, Rasulullah  pun berkata: “Jangan bicara seperti itu, ia sudah masuk islam dengan keislamannya yang baik”.

Perempuan yang masih memiliki jalur keturunan dari Nabi Harun As. Dan Nabi Musa As ini juga termasuk istri Nabi Saw yang meriwayatkan hadis. Diantara muridnya adalah Ali bin al-Husain, Ishaq bin Abdillah bin Al-Haris, budaknya bernama Kinanah dan masih banyak lagi.

Ia juga dikenal sebagai perempuanyang sabar dan berwibawa. Kesabarannya itu diuji oleh budak perempuannya sendiri yang tiba-tiba mendatangi Umar dan mengatakan  bahwa Shafiyyah masih mencintai hari sabtu (sebagai hari besarnya) dan masih menyambung tali silaturrahim dengan orang yahudi. Umarpun mendatangi Shafiyyah dan menanyakan hal itu.

Ia pun menjawab bahwa ia tidak lagi mencintai hari sabtu semenjak ia masuk Islam, dan berganti mencintai hari jum’ah. Sedangkan kedekatannya dengan kaum yahudi karena ia masih memiliki sanak saudara dengan mereka, oleh karena itu ia ingin tetap menyambung tali silaturrahim dengan mereka. Lalu ia pun berkata pada budaknya tersebut, apa yang membuatmu seperti ini (memfitnah dan mengadu yang tidak-tidak) ia menjawab bahwa ini adalah godaan setan. Mendengar jawaban itu, Shafiyyah tidak marah, bahkan ia memerdekakan budak perempuannya tersebut.

Ia meninggal di masa khalifah Mu’awiyyah tahun 50 H..dan dimakamkan di Baqi. Sebelum kepergianya itu ia sempat mewasiatkan sepertiga hartanya untuk saudara laki-lakinya yang masih beragama Yahudi. []

Annisa Nurul Hasanah, Peneliti Hadis di el-Bukhari Institute

NB: Artikel ini hasil kerjasama islami dan INFID