Biografi Ibunda Rasulullah: Aminah

Biografi Ibunda Rasulullah: Aminah

Ibunda Rasulullah: Aminah

Biografi Ibunda Rasulullah: Aminah

 

Tulisan tentang Kanjeng Nabi Muhammad SAW telah banyak diulas dari zaman ke zaman. Buku yang memuat biografi, sirah-perjalanan, kiprah, tingkah-laku dan sabda-sabdanya menghiasi rak-rak di sejumlah perpustakaan di seluruh penjuru dunia. Namun, berbanding terbalik dengan beliau, adalah ibunda beliau; siti Aminah. Tulisan-tulisan mengenai ibunda sangat jarang ditemukan bahkan terbilang sangat sedikit sekali.

Hal ini dirasakan oleh seorang tokoh perempuan asal Mesir, Prof. Dr. Aisyah Abdurrahman atau yang lebih akrab dikenal dengan bintu Syathi’, dalam upayanya menuliskan kehidupan ibunda Siti Aminah. Sebagaimana ia kemukakan dalam bukunya berjudul Ummunnabi ‘Alaihi Sholatu Wassalam:

Saya memulai usaha ini, menyelidiki riwayat hidup Ibu Siti Aminah, dalam keadaan saya betul-betul menyadari, bahwa data dan sumber-sumber yang membahas dan mengulas ibu yang mulia ini sangat langka sekali. Namun saya tidak merasa gelisah karena kekurangan itu, sebab saya telah menetapkan niat, saya akan membicarakan ibu darai manusia yang agung itu, ibu dari seorang pahlawan.

Ujaran jujur dari Bintu Syathi’ yang berdasarkan fakta atas langkanya buku-buku tentang ibunda kanjeng Nabi Muhammad SAW di atas menunjukkan bahwa menuliskan tentang ibu Aminah bukanlah perkara yang mudah. Terlebih jarak antara masa sekarang dengan periode ibunda terbentang sangat cukup jauh. Untuk itu, diperlukan kesabaran serta ketelitian dalam menyusun data-data tentang beliau yang berserakan di tumpukan buku-buku sejarah dan tentunya juga melalui tuturan-tuturan kanjeng Nabi sendiri tentang ibundanya yang tercecer dalam kitab-kitab hadis kanonik.

Kelahiran dan Keluarga Ibunda Aminah

Hampir tak ada data sejarah yang cukup akurat yang menjelaskan perihal tahun kelahiran ibunda Aminah. Aminah dilahirkan di Mekkah. Ayah Aminah adalah seorang pemimpin Bani Zuhrah, yang bernama Wahab bin Abdul Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Sedangkan ibu Aminah adalah Barrah binti Abdul-Uzza bin Usman bin Abduddar bin Qushay.

Ibn Ishaq, menuturkan bahwa di masa kanak-kanak, Aminah diasuh oleh keluarga yang mulia, di kalangan nenek-moyang yang paling baik. Kemurnian keturunan berkumpul dengan ketinggian kebangsawanan dalam dirinya, sehingga dapatlah ia menjadi kebanggaan bagi masyarakat Mekkah pada waktu itu.

Ibunda Aminah menikah dengan ayahanda kanjeng Nabi, yakni Abdullah. Kisah pernikahan ini sedikit diceritakan oleh Ibn Ishaq, bahwa keluarga Abdul Muthalib (Ayah Abdullah sekaligus Kakek kanjeng Nabi) sambil memegang tangan putranya, Abdullah, berangkat menuju Wahab ibnu Manaf (keluarga bunda Aminah) untuk melangsungkan pernikahan ibunda Aminah dan ayahanda Abdullah.

Ibn Hisyam dalam kitabnya, as-sirah an-nabawiyyah, menceritakan bahwa pada saat ibunda Aminah hendak melahirkan kanjeng Nabi, dikatakan kepada beliau, “Engkau mengandung seseorang yang kelak akan menjadi panutan umat (sayyidul ummat), jika kelak bayi itu lahir, maka berdoalah kepada Tuhan agar sang bayi akan dijaga oleh-Nya. Dan namakan bayi tersebut dengan nama Muhammad.”

Untuk menggambarkan kemuliaan bunda Aminah, al-Bushiri mendendangkan syair:

Setiap berlalu seorang rasul,

Selalu menyampaikan berita gembira kepada umatnya

Tentang kelahiran Nabi Muhammad SAW

Berbahagialah ibunda Aminah, mendapat kemuliaan,

Rahmat tertinggi yang diperoleh kaum hawa,

Ibu Aminah yang telah mengandung Nabi Muhammad SAW

Beliau yang telah melahirkan Rasulullah  

 

Setiap saya membaca wahyu-kalamullah, saya selalu teringat bahwa Nabi kami yang sungguh mulia itu, adalah manusia yang dahulu ada di dalam kandunganmu sebagai janin di dalam rahimmu. Lalu engkau melahirkannya sebagai manusia biasa, sebagaimana para perempuan lain melahirkan anak-anaknya.

 (Aisyah Abdurrahman Bintu Syathi’, Ummunnabi ‘Alaihi Sholatu Wassalam, 1974 hlm. 10)