Biografi Ibnu Haitham, Fisikawan Muslim yang Disegani Dunia

Biografi Ibnu Haitham, Fisikawan Muslim yang Disegani Dunia

Biografi Ibnu Haitham, Fisikawan Muslim yang Disegani Dunia

 

Sejarah telah mebuktikan bahwa sebenarnya dunia Islam telah melahirkan banyak ilmua di berbagai bidang, seperti dalam bidang falsafah, sains, politik, kesusatraan, kemasyarakatan, agama, pengobatan, dan sebagainya.

Sejak zaman Nabi SAW, para ilmuan Islam sudah bermunculan. Mereka menemukan bebagai ilmu pengetahuan di bidang sains, politik, kesehatan, astronomi, kesustrataan, dan sebagainya. Salah seorang tokoh tersebut adalah Ibnu Haitham.

Sosok ini dikenal sebagai fisikawan, karena penemuannya banyak yang mendukung ilmu fisika, seperti teori hukum pembiasan, teori penglihatan, cermin cekung dan kanta cembung, dan teori biasan cahaya yang telah ditemukannya. Temuan ini bahkan lebih lama beberapa abad sebelum Isaac Newton, ilmuan yang kemudian hari mempopulerkannya.

Ibnu Haitham atau sebenarnya Abu All Muhammad al-Hasan Ibnu Hatiham, dan di kalangan ilmuan Barat beliau dikenal dengan nama Alhazen. Ibnu Haitam dilahirkan di Bashrah 354 H/965 M. Beliau memulai pendidikan awalnya di Basrah sebelum dilantik menjadi pegawai pemerintah di bandar kelahirannya.

Setelah beberapa lama berkhidmat dengan pihak pemerintah di sana, beliau mengambil keputusan merantau ke Ahwaz dan Baghdad. Di perantauan beliau telah melanjutkan pengajian dan menumpukan perhatian pada penulisan.

Kecintaannya kepada ilmu telah membawanya berhijrah ke Mesir. Selama di sana beliau telah mengambil kesempatan melakukan beberapa kerja penyelidikan mengenai aliran dan saliran Sungai Nil serta menyalin buku-buku mengenai matematika dan falak. Tujuannya adalah untuk mendapatkan uang cadangan dalam menempuh perjalanan menuju Universitas Al-Azhar.

Hasil usaha itu, beliau telah menjadi seo­rang yang amat mahir dalam bidang sains, falak, mate­matik, geometri, pengobatan, dan falsafah. Tulisannya mengenai mata, telah menjadi salah satu rujukan yang penting dalam bidang pengajian sains di Barat. Malahan kajiannya mengenai pengobatan mata telah menjadi asas kepada pengajian pengobatan modern mengenai mata.

Ibnu Haitham telah menghasilkan berbagai karya yang ditullisnya dalam bahasa Arab, dan karya-karyanya tidak banyak yang mengenalnya. Padahal hasil karyanya lah yang juga membukakan cakrawala baru bagi para ilmuan setelah yang kebanyakan mereka dari Iilmuan dari Barat. Akan tetapi karena tidak adanya pematenan tehadap karyanya, ilmuan Eropa dan Barta lah hingga saat ini dikenal oleh dunia.

Di antara beberapa karyanya adalah Al-Jami fi Usul al Hisab (teori-teori metametik dan analisanya), kitab al Tahlil wa al-Taarkib (ilmu geometri), Kitab Tahlil au al Masȃil al Adadiyah (algebra), Makalah fi Istikhraj Smat al Qiblah (arah kiblat bagi segenap rantau), Makalah fima tad’û Ilaih ( geometri dalam urusan hukumm syara), dan bahkan Kitab di Sinȃ’at al –Syi’r (teknik penulisan puisi).

Akan tetapi sangat disayangkan, para ilmuan pada zaman Nabi kebanyakan tidak mematenkan ilmunya. Mereka rata-rata hanya mengaplikasikannya sesuai dengan bidang ilmu masing-masing. Hal ini yang menyebabkan banyak ilmuan Islam yang tidak dikenal oleh dunia saat ini.

Akibatnya, dunia hanya mengenal ilmuan dari Eropa dan Barat yang telah mematenkan ilmunya, seperti Albert Einstein, Alexander Graham Bell, Archimedes, Aristoteles, Galileo Galilei, Georg Ohm, John Dalton, Isaac Newton, Niels Bohr, dan Thomas Alva Edison. Termasuk juga Ibnu Haitham.

Beberapa karyanya tidak banyak dikenal dunia, padahal sebenarnya beberapa karyanya itulah yang menjadi pelopor adanya ilmu-ilmu sains seperti saat ini. Sehingga sangat disayangkan saat tidak adanya pematenan terhadap hasil karya ilmuan muslim.

Walau begitu, namanya tetap harum dan dianggap sebagai orang yang mula-mula mempopulerkan sains dan fisika ke seluruh dunia. Ia pula yang menginspirasi para ahli sains barat seperti Kepler dan Bacon membuat teleskop, serta mikroskop. []

Rizqa Fathurahmah Farhah, bergiat di di el-Bukhari Institute