Berhijab Karena Takut Dosa Jariyah?

Berhijab Karena Takut Dosa Jariyah?

Ukhti, berhijablah karena memang kebutuhanmu untuk berhijab, jangan sudutkan kami para lelaki yang lemah ini.

Berhijab Karena Takut Dosa Jariyah?
Ilustrasi: seorang muslimah sedang berhijab di Amerika. Kini, di Filipina terjadi hal serupa.

Ada sebuah keresahan ketika seorang publik figure yang sering wira-wiri di beberapa stasiun televisi nasional dengan menggunakan pakaian seksi kemudian memutuskan untuk menggunakan hijab.

Keresahan itu timbul bukan karena saya terpesona dengan kecantikannya sehingga akan merasa kehilangan pemandangan saat dia kemudian berhijab. Apalagi di zaman sekarang di mana internet bisa menyajikan gambar hidup bahkan yang paling vulgar sekalipun, pilihan ada di tangan kita.

Yang saya khawatirkan adalah alasan berhijabnya setelah mendengar nasihat entah dari siapa yang mengatakan bahwa ketika dia masih mengenakan pakaian tanpa hijab (kalau tidak mau dikatakan seksi) maka akan mendapat ganjaran dosa jariyah. Dosa yang akan terus mengalir kepadanya bahkan saat nanti dia sudah tidak ada di dunia.

Alasannya karena akan banyak mata laki-laki yang memelototi keseksian tubuhnya dengan penuh hawa nafsu. Bukan hanya saat dia tampil di TV tapi juga karena foto-foto yang dia posting di media sosial, sebagaimana umumnya seorang  publik figur.

Bayangkan betapa repotnya jiika harus menghapus ribuan foto yang sudah diposting di banyak akun media sosial hanya karena takut banyak laki-laki yang melihat dan menimbulkan dosa bagi si publik figur. Belum lagi foto yang sudah beredar di media cetak ataupun online, rekaman show yang tersimpan di stasiun televisi. Bisa-bisa seluruh hidupnya akan dihabiskan untuk mencari dan menghapus jejak masa jahiliyahnya selama sekian tahun.

Apakah benar seorang perempuan yang oleh karena pakaiannya, dan kemudian banyak laki-laki yang memelototi bisa berakibat fatal bagi si perempuan saat dia menghadapi hisab di akhirat karena mendapatkan ganjaran dosa jariyah ?

Saya bukanlah seorang santri apalagi orang yang berilmu agama tinggi, tapi saya berpikir alangkah tidak adilnya Tuhan jika  memberlakukan hukuman seberat itu. Saya bisa menerima jika ada tendensi berbau pornografi, bugil misalnya. Tapi ketika masih menggunakan busana lantas mendapat ganjaran dosa jariyah ? Sekejam itukah Tuhan kita ?

Lantas bagaimana dengan laki-laki yang memelototi gambarnya dan memberikan kontribusi dosa kepada si perempuan? Hitungan matematisnya harusnya dosanya akan lebih berlipat, jariyahnya jariyah adakah? Apakah benar bahwa hanya perempuan berbusana seksi yang bisa menimbulkan syahwat laki-laki?

Belum lama ini media sosial sempat diramaikan dengan tagar #MosqueMeToo, yang didalamnya menceritakan pengalaman beberapa perempuan muslim yang mengalami pelecehan sosial saat beribadah di Masjidil Haram.

Nyatanya di tempat yang dianggap suci, Masjidil Haram, yang ketika kita shalat di dalamnya mendapatkan berlipat-lipat pahala, pernah terjadi pelecehan seksual terhadap kaum perempuan.  Apakah perempuan yang  notabene sedang beribadah di Masjidil Haram berpakaian seksi ? Tentu saja tidak !

Berdasarkan fakta diatas tidak adil rasanya jika kesalahan hanya ditimpakan kepada kaum perempuan hanya karena dia tidak berhijab. Kasihan loh perempuan jika terus disudutkan dengan situasi seperti ini, apalagi jika mengingat perjuangan untuk melahirkan anaknya dengan bertaruh nyawa. Belum lagi jika dia harus mengikhlaskan suaminya untuk poligami !

Kami, kaum laki-laki juga sebenarnya merasa risih jika dianggap ‘napsuan’ hanya karena melihat perempuan tidak mengenakan hijab walaupun memang ada juga yang berperilaku menyimpang. Bahkan ada diantara laki-laki yang justru timbul syahwatnya ketika melihat wanita menggunakan hijab.

Akan lebih bijak rasanya jika alasan berhijab adalah untuk mengikuti perintah Al Qur’an dalam surat Al-Ahzab  59, “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” misalnya. Walaupun tentu saja ayat tersebut masih harus dikaji lebih dalam maknanya, bukan hanya diterjemahkan secara literal.

Apapun itu saya menghormati keputusan perempuan untuk mengenakan hijab seperti halnya saya menghormati mereka yang juga memutuskan untuk melepas hijab atau bahkan tidak berhijab sekalipun, apapun alasannya. Sepanjang mereka masih mengenakan pakaian yang pantas tidak ada alasan bagi kita untuk merundung setiap keputusan yang mereka ambil.

Tapi mengenakan hijab hanya karena takut dosa jariyah saya rasa terlalu naif, apalagi jika kemudian dikaitkan dengan perilaku lawan jenis. Karena faktanya tidak semua laki-laki mudah ngiler dan bahkan ada beberapa yang justru ngiler ketika melihat penampilan wanita berhijab seperti saya sebutkan di atas. Jadi, menurut saya semua itu relatif.

Beberapa hari yang lalu saya sempat membaca tulisan mas Tri Wibowo di media ini yang mengupas tentang dosa jariyah bagi para pembuat dan penyebar hoaks.  Saya rasa konteks dosa jariyah lebih pas diterapkan pada narasi beliau ini karena dampak negatif yang ditimbulkan dari pembuatan dan penyebaran hoaks memang sangat luar biasa. Jutaan orang  sudah meregang nyawa karena tersebarnya hoaks.

Jadi ukhti, berhijablah karena memang kebutuhanmu untuk berhijab, jangan sudutkan kami para lelaki yang lemah ini. Insya Allah kalian tidak akan mendapatkan ganjaran dosa jariyah hanya karena  pakaianmu. Tuhan tidak memerintahkan kaum laki-laki untuk memberikan dosa tapi untuk melindungi kaum perempuan. Ada yang lebih utama dari sekedar pakaian yang menutupi auratmu yaitu akhlak dan ketaatan kepada suamimu kelak.

Wallahu a’lam.