Beragama Islam Tidak Sama Seperti Berdagang

Beragama Islam Tidak Sama Seperti Berdagang

Islam memang sederhana, tapi kadang pemeluknya yang membuatnya rumit

Beragama Islam Tidak Sama Seperti Berdagang

Belakangan ini, mengolok-olok bahkan mengkafirkan pemeluk agama selain islam begitu masif dan terstruktur. Bahkan pemeluk islam yang tidak sepemahaman juga mendapat perlakuan yang sama. Pelakunya (ditemukan) kebanyakan orang-orang yang justru sedang getol (belajar) ibadah.

Gejala ini sudah berjalan hampir 10 tahun, semakin mudah ditemukan hal-hal negatif ini semenjak media sosial muncul.

Jaman dulu, jaman di mana mengaji bersama-sama dengan tetangga sore hari sembari melantunkan lagu “kota santri”, menyapa teman yang non muslim manakala berpapasan sungguhlah mudah.

Sekarang, bahkan muslimah yang tidak berkerudung saja harus menahan sakit hati karena dikucilkan meski sudah tahu bahwa orang tuanya seorang kyai.

Baca: Menelusuri Kerudung Yenny Wahid yang Dianggap Enggak Islam Banget

Sebenarnya, orang-orang yang sedang belajar agama ini sungguhlah orang yang beruntung. Karena mendapat limpahan gerak hati dari Tuhan untuk beribadah dan menyembahNya.

Sayangnya, mereka lupa untuk mengenali setan sehingga tanpa sadar, mudah sekali tergiring oleh perilaku setan.

Tipu muslihat setan memang sungguh mempesona, tidak ada satupun godaan setan yang tidak nikmat. Dan ini tidak sebatas pada mabuk, mencuri ataupun membunuh orang lain. Mengkafirkan pemeluk islam lain yang tidak sesuai dengan pemahamannya juga termasuk tipu daya setan.

Gejala ini banyak ditemukan pada orang-orang yang sebelumnya tak pernah kenal agama, dulunya nakal dan menghalalkan segala cara kemudian ingin bertaubat dan mengharapkan ampunanNya. Namun ampunan yang instan, yang serba cepat karena takut keburu meninggal sebelum dapat ampunan.

Akhirnya, beragama pun seperti berdagang. Semua hal dilakukan demi membela agama dan Allah. Apapun yang berbau agama langsung dianggapnya benar, dan apapun yang mengatasnamakan Allah akan dianggapnya mutlak benar. Pada implementasinya semakin merusak agama dan Allah.

Menolong teman yang bangkrut, juga bagian dari membela agama. Menolong saudara yang terkena musibah juga bagian dari meneladani sifat rasulullah yang diturunkan oleh Allah SWT. Dan kebaikan lainnya apapun itu, merupakan pembelajaran beragama yang baik, yakni memperbaiki akhlaq.