Sebagian ustadz beberapa kali mencitrakan bahwa Yahudi musuh Islam dengan dalil surat Al-Baqarah ayat 120.
Tanya:
Dalam berbagai narasi yang populer di media maupun beberapa pemuka agama Islam, disebutkan bahwa Yahudi adalah golongan umat Islam yang dimurkai Allah, dan dengan demikian, umat muslim seluruhnya harus memusuhi mereka. Bagaimana cara menjelaskan pernyataan tersebut?
Jawab:
Isu yang sering diserukan sebagian kalangan muslim adalah saat ini, kondisi muslim sedang tertinggal dan mengalami hegemoni dalam skala global. Mudahnya, Islam sedang tersudut. Dalam perspektif semacam ini, salah satu sasaran yang mengemuka adalah Islam sedang ditipu daya oleh kaum Yahudi.
Sejarah panjang konflik dan perang antara umat Islam dan kaum Yahudi tercatat dalam kitab-kitab sirah maupun hadis. Bahkan, klaim kalangan muslim yang memusuhi Yahudi tersebut, adalah sebuah keharusan bagi muslim untuk memusuhi kaum kuffar, khususnya Yahudi dan Nasrani. Argumen mereka didasarkan pada ayat-ayat al-Quran yang menyebutkan bahwa mereka akan senantiasa memusuhi Islam. Salah satunya Q.S al-Baqarah [2]: 120 ini:
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ
Artinya: “Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).” Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah.”
Baca juga: Kita Membenci yang Dianggap Musuh Islam, Rasulullah Tidak
Menyikapi argumen penyeru permusuhan kepada Yahudi ini, perlu dicermati tafsir para ulama terkait ayat di atas. Secara sepintas, kalimat “lan tardla” menggunakan redaksi kata ganti kedua tunggal (mudzakkar mukhathab), yang oleh para ulama, sasaran bicara Tuhan dalam ayat tersebut adalah khusus untuk Nabi Muhammad. Selain itu, menurut at-Thabari dalam Jami‘ al-Bayan fi Ta’wil al-Quran ayat tersebut diturunkan agar Nabi Muhammad tidak melulu mengikuti kehendak kalangan Yahudi dan Nasrani dengan mengabulkan segala permintaan mereka sekadar demi mencapai tujuan masuk Islam.
Anjuran untuk memusuhi bahkan membunuh kaum Yahudi dalam Islam harus dilihat dari konteks sejarah agama dan politik di masa itu. Ayat Al-Quran yang berkaitan dengan pembunuhan terhadap non-Muslim selalu berada dalam konteks konflik dan peperangan. Sejarah Islam awal kental dengan peristiwa konflik dan peperangan dengan Yahudi, salah satunya perang kaum muslim di Madinah melawan Yahudi di peristiwa Bani Quraizhah atau Hudaibiyah. Rupanya, alih-alih perang karena faktor agama, perang ini lebih disulut karena konflik horizontal antar penduduk akibat pembatalan kesepakatan dan ancaman atas hak hidup masyarakat Muslim oleh Yahudi Madinah.
Orang bisa saja mengulik dan mengutip kisah-kisah permusuhan dan perang dengan Yahudi, tapi Rasulullah sendiri berkawan baik dengan banyak kalangan Yahudi di Madinah. Dalam satu kisah, ada seorang Yahudi Madinah bernama Mukhairiq dari klan Bani Tsa’labah. Ia justru turut menyerukan pada kaumnya untuk membantu pasukan muslim di Perang Uhud melawan musuh dari Quraisy Makkah. Di akhir hidupnya, ia mendermakan hartanya untuk umat muslim dan perjuangan Nabi Muhammad. Karena itulah, Nabi bersabda, “Sebaik-baik Yahudi adalah Mukhairiq.”.
Baca juga: Hukum Peperangan dalam Islam. Apakah Boleh Membakar dan Merusak?
Jadi, ayat-ayat maupun hadis memusuhi agama lain, termasuk Yahudi, perlu memerhatikan konteks sejarah dan politiknya. Dulu, Yahudi dipandang musuh karena tindakan mereka yang mengancam hak-hak hidup umat muslim. Realitanya, konteks kebudayaan dan interaksi manusia sudah banyak berubah. Harusnya, Islam tidak lagi dipahami musuh head to head dengan Yahudi. Kerjasama dan dialog konstruktif antar agama adalah hal yang senantiasa kita harapkan demi terwujudnya kedamaian umat manusia. (AN)