Kritik untuk Amien Rais: Benarkah Allah Malu Jika Tidak Mengabulkan Doa Hamba-Nya?

Kritik untuk Amien Rais: Benarkah Allah Malu Jika Tidak Mengabulkan Doa Hamba-Nya?

Apa yang dilontarkan Amien Rais tersebut bahwa Allah malu tidak mengabulkan doa hamba-Nya itu memang hadis., tetapi bukan begitu juga maksudnya!

Kritik untuk Amien Rais: Benarkah Allah Malu Jika Tidak Mengabulkan Doa Hamba-Nya?

Belakangan ini, pembahasan hadis tentang “Allah akan malu bila tak kabulkan doa” mencuat usai Amien Rais melontarkan pernyataan kontroversial seputar isu politik di negeri ini. Seperti diberitakan CNN, Amien menyatakan bahwa bila jutaan umat berdoa ingin ganti presiden, maka Allah malu untuk tidak mengabulkannya.

Apa yang dilontarkan Amien Rais tersebut bahwa Allah malu tidak mengabulkan doa hamba-Nya itu memang hadis. Hadis ini tercatat dalam berbagai kitab hadis induk, di antaranya Sunan at-Tirmidzi, Sunan Abi Daud, Sunan ibnu Majah, Shahih Ibnu Hibban, dan banyak kitab hadis lainnya.

Selain itu, hadis ini juga diriwayatkan lima sahabat Nabi, yaitu Salman al-Farisi, Sulaiman bin Shard, Anas bin Malik, Jabir bin Abdullah, dan Abdullah bin Umar. Rasulullah Saw. bersabda:

إِنَّ اللَّهَ حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي إِذَا رَفَعَ الرَّجُلُ إِلَيْهِ يَدَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا خَائِبَتَيْنِ

Allah itu Zat Maha Hidup dan Mulia yang malu ketika seorang hamba-Nya berdoa kemudian Ia menolak mentah-mentah doa tersebut.

Terkait kualitas sanad hadis tersebut dalam kitab-kitab induk, aplikasi takhrij hadis daring (onlineIslamweb melaporkan bahwa kualitasnya hasan, di bawah shahih. Artinya, kita tidak ragu untuk menerima validitas hadis tersebut.

Lantas bagaimana maksud hadis di atas? Haruskah Allah malu tidak mengabulkan doa hamba-Nya? Kokseakan-akan Allah bisa diintervensi oleh makhluk-Nya? Padahal Ia Maha Kuasa dan berhak menentukan untuk mengabulkan doa atau tidak? Haruskah Allah mengabulkan doa politis jutaan umat Muslim untuk ganti presiden yang juga sesama Muslim? Bagaimana jika nanti Allah justru tidak mengabulkan doa jutaan umat tersebut? Apakah Allah sudah berdusta? Pertanyaan-pertanyaan itu yang mungkin ada di dalam benak Anda.

Hadis ini tentu masih ada kaitannya dengan firman Allah dalam surah al-Baqarah ayat 186 dan surah Ghafir ayat 60 yang mana Allah Swt akan mengijabah permohonan hamba-Nya. Namun demikian, kita juga harus punya etika dalam berdoa. Di antaranya hadis yang diriwayatkan dalam Sunan at-Timidzi dari Sahabat Abdurrahman bin Shakhr yang mendengar Nabi bersabda:

مَا مِنْ رَجُلٍ يَدْعُو اللَّهَ بِدُعَاءٍ إِلَّا اسْتُجِيبَ لَهُ، فَإِمَّا أَنْ يُعَجَّلَ لَهُ فِي الدُّنْيَا، وَإِمَّا أَنْ يُدَّخَرَ لَهُ فِي الْآخِرَةِ، وَإِمَّا أَنْ يُكَفَّرَ عَنْهُ مِنْ ذُنُوبِهِ بِقَدْرِ مَا دَعَا، مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ، أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ، أَوْ يَسْتَعْجِلُ”، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ يَسْتَعْجِلُ؟ قَالَ: “يَقُولُ: دَعَوْتُ رَبِّي فَمَا اسْتَجَابَ لِي”.

Tidaklah seseorang yang berdoa itu kecuali doanya pasti diijabah, bisa diijabah langsung di dunia, ditunda dulu hingga di akhirat nanti, atau diganti dengan dihapusnya dosa-dosa sesuai doa yang dipanjatkan, tentu selagi doanya itu tidak berkaitan dengan perbuatan dosa, pemutusan silaturahim, dan merasa teburu-buru. Para sahabat Nabi belum paham ucapan Rasulullah yang terakhir, “Bagaimana yang dimaksud merasa teburu-buru?” Rasul pun menjawab, “Maksudnya itu orang yang mengeluh begini, “Saya sudah berdoa pada Tuhan (berkali-kali), tapi kok belum diijabah terus ya?!”

Nah, hadis ini mengajarkan kita bahwa ketika berdoa itu tidak boleh mendoakan kejelekan atau kecelakaan terhadap orang lain, tidak boleh berdoa yang kontennya berisi agar si A dan si B tidak akur sehingga keduanya saling memutus silaturahim, dan tidak boleh memaksa dalam berdoa. Dari hadis di atas juga kita tahu bahwa yang terijabahnya doa itu tidak harus berupa apa yang kita mohonkan kepada Allah.

Terijabahnya doa itu bisa saja ditunaikan nanti ketika di akhirat, atau diganti dengan yang lebih baik, atau berupa pengampunan dosa kelak di akhirat. Kalaupun iya Allah mengijabah persis apa yang kita inginkan, itupun tidak harus secepat membalikkan kedua telapak tangan. Konon doa Nabi Musa dan Harun agar mengalahkan Firaun saja butuh waktu dan perjuangan selama empat puluh tahun. Nabi Ibrahim memohon puluhan tahun, barulah Allah memberinya keturunan, dan permohonan nabi-nabi lainnya yang tidak membutuhkan waktu singkat. Seharusnya kita mengaca, siapa kita kok bisa memaksa Allah segera mengabulkan doa kita?

Ada baiknya kita merenungkan dawuh Syekh Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari dalam al-Hikam berikut ini:

لا يكن تأخر أمد العطاء مع الإلحاح في الدعاء موجبا ليأسك فهو ضمن لك الإجابة فيما يختاره لك لا فيما تختاره لنفسك وفي الوقت الذي يريد لا في الوقت الذي تريد

Janganlah tertundanya waktu pemberian doa yang disertai dengan kesungguhan itu membuat Anda putus asa, padahal Ia sudah menjamin terijabahnya doa Anda sesuai pilihan terbaik-Nya untuk Anda, bukan sesuai selera Anda, di waktu yang tepat menurut-Nya, bukan di waktu yang tepat menurut Anda.

Oleh karena itu, sebagai hamba Allah Swt. yang berlumur dosa, alangkah lebih baiknya kita melihat kekurangan diri kita masing-masing, dan terus memohon ampun pada Allah Swt. Niatkanlah doa kita semua sebagai bentuk penghambaan kepada-Nya, karena kita selalu membutuhkan ampunan dan bimbingan-Nya.

Namun demikian, tidak salah juga berdoa ingin jadi orang kaya, punya rumah mewah, ingin punya presiden yang baru seperti yang dipanjatkan Amien Rais dan jutaan umat. Tapi, menurut saya, kok sayang-sayang amat ya minta doa yang sifatnya sementara itu? Saya malah berpikir, kenapa Amien Rais dan jutaan umat Muslim tidak meminta Indonesia tenteram, aman, damai, makmur, subur, sejahtera, dan menjadi negara yang besar di mata dunia. Kalaupun permohonan ini diijabah puluhan tahun kemudian, toh masih ada anak dan cucu kita yang bisa menikmati itu semua.

Bukankah pemilihan presiden hanya hitungan tahun saja, cuma lima tahun kan? Kalaupun nanti doanya dikabulkan, apa bener presiden yang baru nanti bisa lebih baik dari yang sekarang. Belum tentu juga kan? Menurut saya, lebih baik jutaan umat Muslim itu berdoa yang sifatnya universal dan bermanfaat untuk seluruh umat manusia.

Wallahu a’lam.

Artikel ini sebelumnya telah dimuat di Bincangsyariah.com