Belajar Toleransi dari Kisah Asma’ Binti Abu Bakar

Belajar Toleransi dari Kisah Asma’ Binti Abu Bakar

Kisah Asma’ ini menunjukkan bahwa Islam menjunjung tinggi toleransi.

Belajar Toleransi dari Kisah Asma’ Binti Abu Bakar

Islam telah mengajarkan toleransi berabad-abad lalu, termasuk toleransi kepada nonmuslim. Sikap itu dipraktikkan oleh salah satu sahabat perempuan mulia, Asma binti Abu Bakar. Putri sulung Abu Bakar yang lahir dari rahim Qutailah binti Abdil ‘Uzza al-Amiriyah.

Asma’ dilahirkan 27 tahun sebelum hijrah, 10 tahun lebih tua dari saudari tirinya, Aisyah. Ia dikenal dengan julukan dzatu nithaqain (pemilik dua selendang). Abu Bakar dan Qutailah bercerai pada masa jahiliyah. Tatkala Islam datang, Abu Bakar segera masuk Islam, sedangkan ibunda Asma ini tetap memeluk ajaran nenek moyangnya.

Ketika umat Islam hijrah ke Madinah, Asma ikut bersama ayahnya dan meninggalkan ibu kandungnya. Suatu hari, Qutailah mendatanginya ke Madinah saat belum memeluk Islam. Ia tak bisa menahan rindu pada anaknya, ia pun membawakannya makanan berupa kismis, mentega dan qaradh (semacam daun untuk menyamak), tetapi Asma’ justru menolaknya karena ibunya belum memeluk Islam.

Asma’ kemudian menanyakan hal tersebut kepada Rasulullah Saw “Ya Rasulullah, sesungguhnya ibuku mendatangiku sedangkan ia belum menyukai Islam, bolehkah aku bersilaturahim dengannya? Rasulullah Saw pun menjawab “Ya, bersilaturahimlah dengannya.”

Setelah kejadian itu, turunlah firman Allah Surat Al-Mumtahanah ayat 8:

لاَ يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ، وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ، إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ المُقْسِطِينَ

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.

Setelah diizinkan bersilaturahim dengan ibunya, Asma’ pun selalu berbuat baik kepada ibunya. Ia mengizinkan ibunya datang kapan pun meskipun ibunya bukan seorang muslimah.

Kisah Asma’ ini menunjukkan bahwa Islam menjunjung tinggi toleransi. Islam memerintahkan seorang anak selalu berbakti dan menjaga silaturahim kepada orangtuanya, meskipun kepada orangtua yang nonmuslim.