Belajar Menghindari Rasa Sombong

Belajar Menghindari Rasa Sombong

Belajar Menghindari Rasa Sombong
Ilustrasi (sumber: giacngo.vn)

Rasa sombong pasti pernah muncul di setiap jiwa manusia. Bedanya, ada orang yang bisa mengontrol, meredam atau menghilangkan rasa sombong tersebut. Namun ada juga orang yang masih belum bisa mengontrol rasa sombong yang ada di dalam diri mereka masing-masing.

Momentum ramadhan yang lalu sebenarnya sudah menjadi salah satu langkah untuk meredam rasa sombong dalam diri umat Islam. Pasalnya, selama bulan ramadhan kemarin umat Islam diajarkan untuk menekan segala macam bentuk hawa nafsu dan juga dianjurkan untuk berbagi dengan sesama manusia yang membutuhkan.

Jika rasa sombong tidak berhasil diredam selama bulan ramadhan yang lalu, maka rasa sombong tersebut bisa menjadikan manusia seperti iblis yang sombong. Sebagaimana Allah berfirman, “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri dan ia termasuk golongan yang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 34).

Sayangnya, momentum lebaran yang lalu terkadang justru menjadi salah satu ajang bagi banyak orang untuk berlomba-lomba dalam hal bermegah-megahan. Seperti halnya mengenakan baju-baju lebaran terbaru dan barang-barang baru lainnya, hingga mudik ke kampung halaman dengan kendaraan terbaru. Hal tersebut biasanya dianggap bisa menaikkan derajat mereka di kampung halaman dan menunjukkan bahwa mereka telah menjadi orang kaya ataupun orang yang sukses.

Berbicara terkait rasa sombong, ada beberapa orang-orang yang pernah begitu sombong di muka bumi ini. Mereka adalah Namrudz yang pernah hidup di masa Nabi Ibrahim AS dan Firaun yang hidup di zaman Nabi Musa AS. Mereka berdua merupakan ikon manusia terangkuh sepanjang sejarah kehidupan yang ada. Terlebih bagi Firaun, ia begitu sombong dengan pernah mengakui dirinya sebagai Tuhan dan menjadi manusia paling sombong di dunia.

Saat itu Firaun telah mendapatkan peringatan dari Nabi Musa AS agar tersadar dari segala kesombongannya. Bahkan Firaun telah diingatkan oleh Nabi Musa AS untuk bertaubat kepada Allah namun ia tetap merasa sombong. Hingga akhirnya Allah pun memberikan azab yang pedih kepada Firaun atas kesombongannya selama ini. Sebagaimana Allah berfirman dalam ayat berikut ini.

Dan katakanlah (kepada Firaun): Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan). Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya? Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar. Tetapi Fir´aun mendustakan dan mendurhakai. Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa). Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya. (Seraya) berkata: Akulah Tuhanmu yang paling tinggi. Maka Allah mengazabnya dengan azab di Akhirat dan azab di dunia”. (QS. An-Naziat: 18-25)

Sedangkan itu, Namrud disebut-sebut sebagai tiran berdarah dingin yang tak segan menghukum siapa pun yang menolak tunduk terhadapnya. Bahkan ia begitu senang dipuja hingga ia memproklamasikan dirinya sebagai tuhan yang wajib disembah rakyatnya.

Pada akhirnya, Allah SWT mengutus malaikat untuk mengajak Namrud beriman kepada Allah SWT. Sayangnya, Namrud tetap enggan hingga akhirnya Allah mengutus seekor nyamuk untuk menewaskan Raja Namrud. Demikianlah akhir nasib Raja yang tewas oleh seekor serangga kecil.

Rasa sombong tersebut jelas menjadi salah satu sikap yang dibenci oleh Allah. Sebagaimana Allah berfirman, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Luqman : 108) Dengan demikian, umat Islam hendaknya menjauhkan dirinya dari rasa sombong.