Belajar Memaafkan Dari Guru Madrasah di Amerika

Belajar Memaafkan Dari Guru Madrasah di Amerika

Belajar Memaafkan Dari Guru Madrasah di Amerika

Seorang guru madrasah di Amerika yang bernama Sombat Jitmoud menjadi perbincangan masyarakat. Pasalnya ia telah memaafkan pembunuh putranya yang bernama Salahuddin Jimoud. Hal ini terjadi di pengadilan. Pemberian maaf itu memancing keharuan saat persidangan.

“Kami memaafkan orang yang membunuh anak saya … kami sepakat bahwa kami memafkannya. Saya marah kepada setan yang menggiringmu melakukan kejahatan sadis ini. Saya tidak menyalahkanmu. Saya tidak marah kepadamu. Saya memaafkanmu,” kata Sombat, mengulangi pernyataannya dalam vonis awal November lalu.

Guru madrasah asal Thailand ini ketika diwawancara BBC Thailand mengatakan bahwa memaafkan mereka yang membunuh anaknya tidak lah mudah. Namun baginya ajaran dalam Islam membawa semangat untuk memaafkan sepanjang hidup. Selama dua tahun tujuh bulan persidangan Sombat dann keluarganya tetap berduka. ” Namun kami tak marah karena hal buruk bisa saja terjadi. Saya juga berterima kasih kepada Allah bahwa saya tidak meninggal sebelum putra saya dan bahwa istri saya sudah meninggal terlebih dahulu. Karena bila dia (istri) hidup, dia tentu akan menderita,” tambahnya,” kata Sombat.

BBC Indonesia menulis bahwa peristiwa pembunuhan Salahuddin terjadi 19 April, 2015. Saat itu Salahudin mengantar piza di kompleks perumahan di St Louis tetapi tiba-tioba ditikam sampai meninggal. Salahuddin yang berusia 22 tahun akhirnya meninggal dengan berlumuran darah. “Saya sangat terkejut. Saya berbaring selama tiga setengah dan jam. Penelpon mengatakan Salahuddin meninggal. Saya tak siap, Saya berjalan di kamar yang gelap … dan saya berseru Inna Lillahi wa inna ilayhi raji’un (Kita berasal dari Allah dan kepada-Nyalah kita kembali) … Allah telah membawa kembali Salahuddin,” kata Sombat.

Laporan WKYT TV, saluran TV di Kentucky, AS, menyebutkan kematian Salahuddin menimbulkan kepanikan di antara komunitas Muslim. Dikhawatirkan peristiwa tersebut terkait kebencian rasial. Polisipun bertindak cepat dengan menangkap tiga pelaku dan mendakwa salah satunya yang bernama Relford sebagai perencana perampokan.

Dalam persidangan, selain memberikan maaf kepada Relford, Sombat juga meminta agar ia memberitahu siapa sebenarnya yang membunuh anaknya. “Saya tak yakin (Relford pembunuhnya). Ia ikut dalam perampokan dan mencoba untuk menyembunyikan bukti. Pengadilan telah memvonisnya 31 tahun,” katanya. Saat di pengadilan, Sombat meminta untuk berbicara langsung kepada Relford yang menangis saat ia mengatakan memaafkannya. “Saat itu saya hampiri dia, saya pikir kuasa hukum akan mencegah saya. Saya melihat dia menangis, bahkan hadirin menangis, dan saya datangi dia,” katanya.

Sombat kemudian memberikan tisu saat melihat Relford menghapus airmatanya dengan seragam penjara. Keduanya akhirnya mereka berjabat tangan dan berpelukan. “Saya minta dia jangan sedih karena dia ada peluang untuk hidup dan berbuat baik,” cerita Sombat. Pemberian maaf tersebut mendapatkan reaksi dari ibu Relford .”Saya bertanggung jawab penuh atas meninggalnya anakmu … saya sangat berduka. Saya sangat terkejut atas pemberian maafmu,”katanya. Sombat meminta dan putra-putranya yang lain memaafkan pembunuh Salahuddin.