Kumail bin Ziyad adalah salah satu sahabat Rasulullah yang masuk Islam sejak kecil. Beliau merupakan sahabat terdekat Ali bin Thalib. Menurut Az-Zahabi, sahabat Kumail bin Ziyad termasuk keturunan bangsawan, sedikit berbica, dan ahli ibadah. Kumail banyak belajar tentang kehidupan dari Ali bin Abu Thalib.
Suatu ketika, Ali bin Abu Thalib menarik tangan Kumail bin Ziyad dan membawanya menuju padang pasir. Setibanya di padang pasir, mereka berdua duduk. Ali bin Abu Thalib menarik napasnya dalam-dalam dan mulai menasehati Kumail:
“Wahai Kumail, hati manusia itu seperti bejana. Dan sebaik-baik hati adalah hati yang selalu diisi dengan kebaikan.”
“Wahai Kumail, ingatlah apa yang akan saya katakan kepadamu. Manusia itu ada macam. Pertama, ahli ilmu yang selalu mengamalkan ilmunya. Kedua, penuntut ilmu yang berada di jalan keselamatan, yaitu orang yang menuntut ilmu bukan dengan tujuan sekadar bermanfaat buat dirinya tetapi juga dapat memberikan keselamatan untuk dirinya baik di dunia maupun di akhirat. Ketiga, manusia dungu lagi jembel, yaitu orang yang suka bertaklid buta, mudah diombang-ambing, dan mau diajak ke mana saja, baik ke jalan yang lurus ataupun sesat. Tidak punya pendirian yang kuat. Ia selalu mengikuti ke mana pun arah mata angin bertiup. Kehidupannya gelap dan tidak diterangi dengan cahaya ilmu.”
“Wahai Kumail, ilmu lebih baik dari harta, karena ilmu selalu menjagamu, sementara harta selalu engkau jaga. Ilmu akan terus bertambah saat diamalkan, sementara harta akan terus berkurang saat digunakan.”
Tiga nasehat Ali bin Thalib di atas menggambarkan hati, ilmu dan harta. Artinya, mengisi hati dengan kebaikan adalah prioritas utama sebelum melakukan segala sesuatu agar dapat menyaring segala ilmu yang dipelajari dan tidak mudah terombang-ambing oleh gelombang kenikmatan dunia.