Di tengah situasi politik Indonesia yang semakin kompleks, kita sering mendengar tentang pemimpin yang menggunakan segala cara demi mempertahankan kekuasaan. Mereka tak segan-segan menzalimi rakyat dengan memanipulasi hukum, menyebarkan informasi yang menyesatkan, dan menekan oposisi.
Kezaliman ini tidak hanya merusak tatanan demokrasi, tetapi juga menghancurkan kepercayaan rakyat terhadap pemimpin mereka. Dalam kondisi seperti ini, kita perlu merenungi kembali pesan-pesan dari Allah SWT yang disampaikan melalui hadis qudsi, khususnya tentang keharaman kezaliman.
Allah SWT berfirman dalam hadis qudsi,
يا عبادي إني حرمت الظلم على نفسي وجعلته بينكم محرما فلا تظالموا ، يا عبادي ، كلكم ضال إلا من هديته ، فاستهدوني أهدكم ، يا عبادي كلكم جائع إلا من أطعمته ، فاستطعموني أطعمكم ، يا عبادي كلكم عار إلا من كسوته ، فاستكسوني أكسكم ، يا عبادي ، إنكم تخطئون بالليل والنهار ، وأنا أغفر الذنوب جميعا ، فاستغفروني أغفر لكم ، يا عبادي ، إنكم لن تبلغوا ضري فتضروني ، ولن تبلغوا نفعي فتنفعوني ،
“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku juga menjadikannya haram di antara kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi.” Hadis ini mengingatkan kita bahwa kezaliman, dalam bentuk apapun, adalah tindakan yang dilarang oleh Allah dan harus dihindari oleh seluruh umat manusia. Ketika seorang pemimpin memilih jalan kezaliman untuk mempertahankan kekuasaannya, ia sesungguhnya telah melanggar ketetapan Allah dan menjerumuskan dirinya ke dalam kebinasaan.
Kezaliman yang dilakukan oleh pemimpin tidak hanya berdampak pada individu yang menjadi korban, tetapi juga pada masyarakat luas. Rasa keadilan yang hilang dapat memicu ketidakstabilan, konflik sosial, dan pada akhirnya, kehancuran sebuah bangsa. Oleh karena itu, menegakkan keadilan adalah kewajiban yang harus dilakukan tanpa pandang bulu, baik oleh pemimpin maupun oleh rakyatnya.
Dalam hadis qudsi yang sama, Allah juga mengingatkan kita tentang betapa tergantungnya kita kepada-Nya dalam segala aspek kehidupan. “Wahai hamba-Ku, kalian semua tersesat kecuali orang yang Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku akan memberimu petunjuk.” Petunjuk Allah adalah cahaya yang menerangi jalan hidup kita, membimbing kita menuju kebenaran dan menjauhkan kita dari kesesatan. Tanpa petunjuk ini, kita, termasuk para pemimpin, akan mudah tergelincir dalam kezaliman dan kesalahan.
Allah juga mengingatkan kita akan kebutuhan dasar kita yang hanya dapat dipenuhi oleh-Nya, seperti makanan dan pakaian. “Wahai hamba-Ku, kalian semua lapar kecuali orang yang Aku beri makan… kalian semua telanjang kecuali orang yang Aku beri pakaian…” Ini adalah pengingat bahwa kita tidak memiliki kekuatan apapun tanpa pertolongan Allah. Kesadaran akan hal ini seharusnya membuat kita, terutama para pemimpin, lebih rendah hati dan menjauhi kezaliman dalam segala bentuknya.
Terakhir, Allah menyampaikan kasih sayang-Nya yang tak terbatas dengan menawarkan ampunan atas dosa-dosa kita. “Wahai hamba-Ku, kalian melakukan kesalahan siang dan malam, dan Aku mengampuni semua dosa, maka mintalah ampun kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuni kalian.” Pesan ini sangat relevan bagi para pemimpin yang mungkin telah tergelincir dalam kezaliman. Mereka masih memiliki kesempatan untuk bertaubat, memperbaiki diri, dan kembali kepada jalan yang benar.
Hadis qudsi ini seharusnya menjadi renungan bagi kita semua, terutama bagi mereka yang diberi amanah sebagai pemimpin. Kezaliman hanya akan membawa kehancuran, sementara keadilan, ketergantungan kepada Allah, dan taubat akan membawa keberkahan dan keselamatan bagi semua.