Belajar dari Gandhi, Suatu Kejahatan Akan Melahirkan Kejahatan yang Lain

Belajar dari Gandhi, Suatu Kejahatan Akan Melahirkan Kejahatan yang Lain

Gandhi memberikan pesan kuat bagi kemanusiaan kita, apakah kita sudah berbuat kebaikan?

Belajar dari Gandhi, Suatu Kejahatan Akan Melahirkan Kejahatan yang Lain

Selain film Hindi Medium, ada sebuah film India yang saya rekomendasikan untuk ditonton sebagai pengisi waktu senggang yang kita miliki. Film Bajrangi Bhaijaan karya Kabir Khan adalah pilihan yang saya ajukan. Film ini menceritakan seorang gadis bisu bernama Shahida yang tersesat di India saat melakukan perjalanan dari Pakistan untuk memanjatkan doa di salah satu makam wali di India.

Film yang berdurasi 159 menit ini diawaki aktor dan aktris terkenal, di antaranya Salman Khan dan Kareena Kapoor. Salman Khan memerankan seorang hindu yang taat, menjunjung kebaikan dan kejujuran bernama Pawan Kumar Chaturvedi. Pawan bertemu Shahida di salah satu daerah di India kemudian membawanya ke Delhi berharap bisa menemukan orang tua Shahida.

Pertualangan Pawan atau dipanggil Bajrangi dimulai saat Shahida diusir dari rumah oleh orang tua dari Rasika (yang diperankan oleh Kareena Kapoor) sebab dia beragama muslim dan berasal dari Pakistan, bangsa yang menurut orang tua Rasika adalah bangsa yang barbar karena pernah menyakiti bangsa India. Kebencian kepada Pakistan sebagai negara dan bangsa sebenarnya dimulai sejak Inggris dengan kekuatan kolonial memecah sebuah negara besar bernama India, di mana wilayah yang mayoritas muslim menjadi wilayah Pakistan dan wilayah mayoritas hindu menjadi India, terjadilah migrasi besar yang disegregasi berdasarkan agama.

Film ini banyak sekali menampilkan frame yang menyuarakan persoalan kebencian yang dipelihara juga diwariskan sampai sekarang. Bagian akhir film ini mempertontonkan sebuah tayangan televisi menayangkan perjalanan Pawan yang mengantarkan Shahida ke Pakistan melalui jalur ilegal tanpa paspor dan visa, yang kemudian dituduh sebagai mata-mata atau penyusup dan ditangkap oleh kepolisian Pakistan. Pawan pun disiksa tanpa ampun dalam penjara, untuk mengakui dirinya sebagai mata-mata India.

Kebencian antar dua negara inilah yang kemudian memburamkan niat baik seorang Pawan. Shahida dalam pandangan Pawan adalah seorang manusia yang seharusnya diperlakukan dengan baik. Tayangan televisi itupun mengajak kepada seluruh masyarakat baik India ataupun Pakistan untuk berhenti mewariskan kebencian tapi mengajarkan cinta.

Persahabatan yang tulus akan membawa kedamaian. Agama, kepercayaan, ras dan suku diperlihatkan sangat cair dalam kehidupan manusia. Dunia adalah tempat saling berbagi kehidupan dan kebahagian, bukan berbagi kebencian tak berujung. Pesan inilah yang dibawa dalam film yang keluar tahun 2015 yang lalu.

 

India dihuni oleh mayoritas penganut agama Hindu. Namun, ada seorang pejuang antikekerasan selain Gandhi, beragama Islam bernama Badshah Khan atau yang lebih dikenal dengan Khan Abdul Ghaffar Khan. Seorang sahabat setia Mahatma Gandhi. Berperawakan besar dan mempunyai kekayaan yang besar, membuat Abdu Ghaffar Khan lebih terlihat sebagai tuan tanah yang kejam ketimbang pejuang kemanusiaan.

Eknath Easwaran menuliskan kekagumannya terhadap sosok yang meninggal di 20 Januari 1988 yang lalu, kesederhanaan Abdul Ghaffar Khan sangat tergambar saat Eknath berbincang bersamanya. Badshah Khan adalah gelar yang diberikan oleh rakyatnya kepada Abdul Ghaffar Khan yang menyerahkan kekayaannya yang besar kepada anak-anaknya dan mempersembahkan hidupnya untuk melayani Tuhan dan rakyatnya sendiri yang miskin.

Badshah Khan pernah mendeklarasikan apa yang menjadi keyakinannya dalam perjuangan tanpa pamrih, yaitu amal, yakin dan cinta. Dalam keyakinan inilah, Badshah Khan mengikuti apa diajarkan oleh Gandhi “Antikekerasan bukanlah salah satu cara terbaik menyelesaikan konflik, tapi satu-satunya cara”. Kekerasan menciptakan kekerasan yang lainnya. Gandhi adalah sebutan bagi pejuang yang berani memutus lingkaran kekerasan itu dan menggerakkan hati nurani pelaku kekerasan untuk menciptakan perdamaian. Badshah Khan menunjukkan kepada dunia wajah Islam yang damai, muslim yang mendasarkan pada prinsip Islam tentang persaudaraan universal, ketakwaan kepada Tuhan, dan mengabdi kepada Tuhan dengan cara memelihara seluruh ciptaannya.

Saat Abdul Ghaffar Khan menerima gelar Badshah, dia menegaskan “aku tak pantas menerima semua penghormatan yang kaulimpahkan kepadaku. Penghormatan itu lebih tepat untuk sikap tanpa kekerasan yang telah mengubah hidup kaum kita”. Badshah Khan berkeliling dari desa ke desa di daerahnya untuk mengampanyekan sikap antikekerasan kepada seluruh masyarakatnya. Badshah Khan juga tidak pernah berhenti menanamkan yang diyakini dan tujuan hidupnya. “Memerdekakan negeri (baca:India) ini dan memberi makan bagi mereka yang kelaparan serta memberi pakaian bagi mereka yang telanjang”, inilah cita-cita luhur seorang Badshah Khan atas negeri India walau akhirnya wilayah yang diperjuangkannya terpisah menjadi Pakistan.

Ada sebuah percakapan di dalam novel Murder On Orient Express karya Agatha Christie yang bisa menjadi renungan bagi kita semua, “Begitu banyak kehidupan yang rusak, banyak penderitaan, dan amarah. Yang akan memberi jalan bagi racun dari duka yang mendalam sampai satu kejahatan menjadi banyak.”. di sinilah kita perlu menyadari bahwa sebuah kejahatan akan menimbulkan kejahatan yang lain, dendam yang lain, dan kehidupan yang hancur. Gandhi pun akhirnya bisa kita pahami akan kebenaran kata-katanya bahwa antikekerasan adalah satu-satunya jalan yang bisa menjamin kemanusiaan.

Selamat Hari Nyepi Untuk Umat Hindu