Gaya kampanye Pak Prabowo yang berapi-api dan hampir selalu melontarkan seruan-seruan pesimistis kepada masyarakat adalah memang bagian dari satu-satunya cara yang paling efektif untuk bersaing dengan Pak Jokowi. Karena tidak ada jalan lain kecuali itu. Namanya juga politik pragmatis, pokoknya bagaimana caranya Pak Prabowo harus menjadi anti-tesa dari Pak Jokowi yang datar dan kalem. Ini penting dipahami sebagai bagian dari kajian psikologi politik.
Selain itu, kalau memang orientasi BPN Prabowo-Sandi hanya ‘asal menang’ alias ‘asal bukan Jokowi’, mau tidak mau Pak Prabowo harus kembali memainkan politisasi agama: menggunakan isu-isu sensitif agama untuk menyerang Pak Jokowi. Persis seperti gaya kampanye dahulu Pak Anies saat menjadi pesaing Pak Ahok di Pilkada Jakarta. BPN Prabowo-Sandi wajib mempolitisir Masjid, menjadikan Masjid sebagai cara paling efektif menguras emosi masyarakat. Genjot dan maksimalkan potensi para dai dan ustadz seleb yang notabene masuk dalam barisan 212.
Selain SARA, mainkan dan goreng terus isu PKI dan China sebisa mungkin. Isu-isu ini masih lumayan efektif untuk daya dongkrak ketika melakukan serangan utama melalui politisasi Masjid. Serangan tentu bisa melalui media sosial maupun serangan di akar rumput. Pak Prabowo juga bisa memanfaatkan keberadaan Pesantren-pesantren yang berada di luar afiliasi NU. Pesantren-pesantren yang ajaran keislamannya tidak berafiliasi ke NU, dikenal sebagai Pesantren yang mampu melahirkan generasi paling militan dan taklid.
Tanpa cara licik ini, jauh harapan Prabowo-Sandi akan bisa mengalahkan Jokowi-Ma’ruf Amin. Pak Jokowi ini pemimpin dan politisi yang ulung dan berpengalaman. Apalagi Pak Jokowi tidak melibatkan keluarganya, tidak ada sedikitpun celah untuk menyerang Pak Jokowi dengan isu korupsi. Ajaibnya lagi Pak Jokowi dijaga dan dikawal oleh para ulama NU. Selain Pak Jokowi begitu produktif dalam mengisi sisa jabatannya sebagai Presiden.
Realitas produktif dari kinerja Pak Jokowi ini sangat sulit diimbangi oleh Pak Prabowo. Kecuali kalau Pak Prabowo terus konsisten menjadi anti-tesa Pak Jokowi bagaimanapun caranya. (Bersambung)
Wallaahu a