Bakhil atau kikir adalah sifat yang terlahir dari Setan. Bakhil dijadikan alat propaganda para setan untuk menjerumuskan manusia ke dalam api neraka. Dan selama di dunia, para pelaku sifat bakhil ini dibenci para malaikat. Mereka dido’akan agar harta bendanya ludes tak tersisa. Rasulullah saw. bersabda:
مَا طَلَعَتْ شَمْسٌ قَطُّ إِلاَّ بُعِثَ بِجَنْبَتَيْهَا مَلَكَانِ يُنَادِيَانِ يُسْمِعَانِ أَهْلَ اْلأَرْضِ إِلاَّ الثَّقَلَيْنِ، يَا أَيُّهَا النَّاسُ هَلُمُّوْا إِلَى رَبِّكُمْ فَإِنَّ مَا قَلَّ وَكَفَى خَيْرٌ مِمَّا كَثُرَ وَأَلْهَى وَلاَ آبَتْ شَمْسٌ قَطٌّ إِلاَّ بُعِثَ بِجَنْبَتَيْهَا مَلَكَانِ يُنَادِيَانِ يُسْمِعَانِ أَهْلَ اْلأَرْضِ إِلاَّ الثَّقَلَيْنِ، اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَأَعْطِ مُمْسِكًا مَالاً تَلَفًا. رواه أحمد
Tidaklah matahari terbit kecuali diutus di dua sisinya dua malaikat yang berseru. Semua penduduk bumi mendengarnya kecuali dua golongan (jin dan manusia). Kedua malaikat itu berkata, ‘Hai manusia, menghadaplah kepada Rabb kalian, karena sesuatu yang sedikit dan cukup itu lebih baik daripada yang banyak tetapi untuk berfoya-foya. Dan tidaklah matahari terbenam kecuali diutus di antara dua sisinya dua malaikat yang berseru. Semua penduduk bumi mendengarnya kecuali jin dan manusia. Mereka berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak dan hancurkanlah harta benda orang yang kikir. (HR. Ahmad)
Dalam haids yang lain, Rasulullah saw. Bersabda:
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيْهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُوْلُ أَحَدُهُمَا: اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا، وَيَقُوْلُ اْلآخَرُ: اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا. متفق عليه
Tidaklah satu hari dimana seorang hamba berada padanya kecuali dua malaikat akan turun kepadanya. Salah satu di antara mereka berkata, “Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak.” Sementara yang lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang kikir.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam mengomentari hadis ini, Malla ‘Ali al-Qari mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ‘kikir’ adalah bakhil untuk memberikan kebaikan atau harta kepada yang lain. Sementara Ibnu Hajar al-Asqalani menjelaskan bahwa do’a para malaikat “hancurkanlah” bermakna bahwa harta itu sendiri atau pemilik harta tersebut yang hancur. Maksudnya adalah hilangnya kebaikan karena sibuk dengan urusan-urusan yang lain.
Selain didoakan “kehancuran”, sifat bakhil atau pelit juga akan berdampak buruk bagi pelakunya. Muhammad bin Abu Bakar al-Ushfuri dalam bukunya, al-Mawaizh al-Ushfuriyyah menceritakan bahwa suatu hari, ada seorang perempuan datang menemui Rasulullah Saw. dalam keadaan tangan kanannya lumpuh. Ia meminta tolong Rasulullah agar dido’akan sehingga tangannya bisa sembuh dan kembali seperti semula. Rasulullah bertanya kepada perempuan tersebut mengenai penyebab kelumpuhan pada tangan kanannya.
Ia menjawab bahwa suatu malam, ia bermimpi seolah-olah kiamat telah datang, neraka dinyalakan dan surga telah dipersiapkan. Ia melihat ada beberapa jurang di neraka, lalu pandangannya tertuju pada salah satu jurang Jahannam yang di dalamnya terlihat ada ibunya yang sedang membawa sepotong lemak (gajeh) sementara tangannya yang satunya lagi membawa potongan kain kecil untuk melindunginya dari api neraka.
Perempuan itu bertanya kepada ibunya, “Ibu, apa yang engkau lakukan di jurang ini, padahal dulu engkau adalah wanita yang taat kepada Tuhan dan suamimu?.” Ibunya menjawab, “Anakku, dulu ketika di dunia, aku bakhil sehingga jurang inilah tempatnya orang-orag yang bakhil.”
Lalu untuk apa potongan lemak dan potongan kain yang engkau bawa ini”, tanyanya lagi. Ibunya menjawab, “Ini adalah sedekahku dulu ketika masih di dunia. Selama hidupku aku tidak pernah bersedekah kecuali sepotong kain dan lemak ini. Maka sekarang keduanya diberikan kepadaku dan aku menggunakannya untuk melindungiku dari api neraka dan azab Allah.” Ia kemudian bertanya tentang keberadaan ayahnya. Lalu dijawab oleh ibunya bahwa ayahnya adalah orang dermawan sehingga sekarang ia di surga bersama-sama orang-orang dermawan lainnya.
Wanita itu segera pergi ke surga dan melihat ayahnya sedang berdiri di tepi telaga Rasulullah, memberi minum orang-orang dengan gelas yang ia peroleh dari tangan Ali, Ali dari Usman, Usman dari Umar, Umar dari Abu Bakar dan Abu Bakar dari Rasulullah. Kemudian ia berkata kepada ayahnya, “Ayah, ibu adalah wanita yang taat kepada Tuhannya dan Engkau pun ridha terhadapnya. Ia berada di dalam jurang neraka Jahannam, sementara engkau sedang asyik memberi minum orang-orang dari telaga Rasulullah. Ia kehausan, berilah ia minum!.” Ayahnya menjawab, “Putriku, ibumu sekarang berada di tempat orang-orang bakhil, durhaka dan banyak dosa. Allah mengharamkan mereka meminum air dari telaga Rasulullah.”
Diam-diam wanita itu mengambil segelas air dari telaga Rasulullah, lalu memberikannya kepada ibunya. Tiba-tiba terdengar suara, “Semoga Allah melumpuhkan tanganmu, karena engkau telah memberikan minum kepada orang yang durhaka dan bakhil dari telaga Rasulullah.”
Setelah itu, wanita tersebut terbangun dari tidurnya dan tiba-tiba tangan kanannya menjadi lumpuh. Rasulullah bersabda kepadanya, “Kebakhilan ibumu di dunia telah membuatmu seperti ini, lalu bagaimana nantinya di akhirat.” Perawi kisah ini (Aisyah) berkata bahwa Rasulullah kemudian meletakkan tongkatnya di atas tangan wanita itu, lalu berdo’a, “Tuhanku, dengan mimpi yang telah diceritakan wanita ini, kembalikanlah tangannya seperti semula.”