Begini Bedanya Abu Nawas dan Politisi Kita

Begini Bedanya Abu Nawas dan Politisi Kita

Cara berpolitik para elit kita kok ya mirip Abu Nawas

Begini Bedanya Abu Nawas dan Politisi Kita
Foto: Shutterstock

Suatu siang, ketika orang-orang baru mulai bubar jum’atan, Abu Nawas bikin geger di halaman masjid.

“Aku mau terbang. Saudara-saudara, ayo saksikan, hari ini juga kalian akan jadi saksi peristiwa luar biasa: aku mau terbang. Kalian boleh percaya atau tidak percaya, tapi kalian akan segera melihat dengan mata kepala kalian sendiri, aku mau terbang…!”

Orang-orang pun makin banyak yang berkerumun di sektiar Abu Nawas. Yang semula sudah mau pergi dan tidak peduli kini jadi ikut-ikutan berkerumun karena jumlah orang yang mengelilingi Abu Nawas ternyata makin banyak saja.

“Dengan ijin Allah, hari ini aku mau terbang. Jangan kalian lewatkan peristiwa yang semula dianggap mustahil ini. Aku mau terbang!!!,” kata Abu Nawas lagi dengan kuda-kuda penuh dan posisi tubuh siap melesat ke angkasa. Tapi setelah sekian lama dan orang makin tak sabar menunggu, ia tak kunjung terbang juga. Orang-orang pun terus berkerumun berdesak-desaskan dan berebut menyaksikannya di barisan paling depan.

“Ayo, segera lakukan…!,” teriak seseorang tak sabar..
“Tenang, tenang… ,” kata Abu Nawas, “Biar semua yang ingin menyaksikan nanti ikut menyaksikan dong, sabar ya. Pada waktunya, kalian semua akan jadi saksi, aku mau terbang.”
“Ayo, lakukan sekarang, kalau kamu memang bisa terbang,” orang-orang pun mulai jengkel.
“Baik, saksikan ya, lihat baik-baik, aku mau terbang. Saksikan!”
“Sudah, lakukan saja sekarang!”
“Baik, baik, pegang tanganku. Pegang kakiku. Lihat ini, aku mau terbang! Lihat, lihat baik-baik ya. Jangan berkedip.”
“Abu Nawas, tutup mulutmu dan terbang sekarang juga!”
“Baik, ayo siapa lagi yang mau pegang tanganku. Sini pundakku juga boleh. Jangan, jangan pegang sarungku, gimana sih?!. Aku mau terbang. Lihat semua ya!”
“Kamu ini mau terbang apa nggak sebenarnya, Abu Nawas?!”
“Aku sudah bilang berkali-kali, aku mau terbang. Aku mau terbang. Saksikan!”
“Tutup mulutmu dan lakukan, Abu Nawas!!!”

Orang-orang pun jadi benar-benar marah. Yang tadi sudah terprovokasi untuk memegang tubuh Abu Nawas akhirnya kembali melepaskan tangan mereka sambil menggerutu karena Abu Nawas cuma terus bicara dan tidak segera membuktikan apa yang diucapkannya.

“Abu Nawas, buktikan. Jangan mulutmu saja yang bicara!!!”
“Lho, dari tadi aku kan bilang “Aku mau terbang”. Aku tidak bilang :”Aku bisa terbang”?”
“Jadi kamu bisa terbang apa tidak?!,” orang-orang benar-benar marah dan menyumpah-nyumpah.
“Aku MAU terbang,” jawab Abu Nawas sambil tersenyum lebar.
“Dasar orang gila. Ayo, semua bubar!,” seseorang berkata sambil bersungut-sungut. Yang lain pun bubar dengan membawa perasaan dongkol karena sudah kembali dikerjai oleh Abu Nawas.

Di media-media massa, sebagaian politisi kita hari-hari ini juga sibuk bertingkah persis Abu Nawas. “Saya mau ini, saya mau itu…Saksikan ya…” Bedanya, massa yang mengerumini Abu Nawas akhirnya sadar bahwa mereka sedang dikibuli dan mendapat pelajaran berharga, sedang banyak dari kita yang tak kunjung belajar bahwa kita sedang dikerjain oleh para politisi yang cuma sibuk bicara!