Jika anda punya Al Quran, bukalah Juz 15, tepatnya surat Al-Kahfi/18 ayat 19. Di dalam surat itu terpatri sebuah kalimat perintah “wal yatalaththof”, dan hendaklah (kau) berlemah-lembut..!! Kalimat “wal yatalaththof” ini diberi cetak-tebal atau warna berbeda, yang menjadi tanda bahwa kalimat perintah untuk berlemah-lembut itu tepat berada di tengah-tengah Al quran. Ia menjadi episentrum Al quran.
Maknanya, siapa saja yang menyelami dan menghayati Al quran niscaya diberi anugerah sifat dan sikap lemah-lembut. Hati yang berjarak dengan kekerasan dan kekasaran. Lemah-lembut menjadi aura manusia berkepribadian qur’ani.
Lebih jauh, sifat dan sikap lemah-lembut adalah kunci terwujudnya persatuan umat, persatuan bangsa. Manusia yang hati dan kepribadiannya lemah-lembut melihat orang lain dengan mata cinta, mata iba-kasih; termasuk kepada musuh yang membencinya.
Al quran surat At Taubat/9:128 menguraikan karakter kepribadian seorang yang lemah-lembut.
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min”
Mereka yang mempunyai perasaan-hati lemah-lembut niscaya juga diliputi rasa iba-kasih, peka penuh empati. Ia tidak hanya fokus melihat keinginan diri tetapi juga empati dengan kebutuhan makhluk di sekitat.
Lemah-lembut adalah lem perekat, pengikat persatuan dan persaudaraan lintas etnis dan lintas iman. Allah sendiri mempunyai sifat Al Lathif, Maha Lemah-Lembut. Artinya, hanya mereka yang berhati lemah-lembut yang bisa bermadu-kasih dengan Sang Maha Lembut.
Pun, seluruh ritus ibadah adalah untuk menuntun manusia agar lemah-lembut. Lemah-lembut kepada Tuhan, lemah-lembat kepada sesama manusia, dan lemah-lembut kepada seluruh makhluk.
Dengan hati yang lemah-lembut semua makhluk berbahagia. Laut-laut menjadi tenang, gunung-gunung menjadi sabar dan sesama manusia diliputi rasa cinta.