Bedanya Amirul Mukminin, Sulthan dan Imam

Bedanya Amirul Mukminin, Sulthan dan Imam

Bagaimana Membedakan Istilah Amirul Mukminin, Sulthan dan Imam

Bedanya Amirul Mukminin, Sulthan dan Imam

Amirul Mukminin

Amirul Mukminin merupakan julukan bagi pemimpin komunitas muslimin yang pertama kali digunakan pada masa Umar bin Khattab.  Arti secara kebahasaan adalah ‘pemimpin bagi kaum mukmin’. Panggilan Amirul Mukminin menggantikan panggilan Khalifah (pengganti rasul) yang digunakan oleh Abu Bakar Siddiq. Sebutan ini mengimplikasikan pengaruh Umar yang lebih ekspansif ketimbang julukan Khalifah yang lebih daripada mempertahankan komunitas muslimin yang ada di Madinah. Julukan Amir memiliki makna yang lebih militeristik ketimbang Khalifah.

Meskipun makna Amir memiliki makna kepemimpinan yang developmentalistik. Ini tampak dari kepemimpinan Umar yang memulai penaklukan beberapa daerah Persia yang merupakan kekuasaan Sasanid. Kepemimpinan Umar yang terkenal dengan pola pengawasan yang ketat terhadap pemberlakuan ketertiban, keteraturan, dan kesejahteraan. Kepemimpinan yang dijalankan oleh Umar merupakan kepemimpinan yang tegas dan menata ulang kembali tatanan masyarakat Islam yang hampir kehilangan arah. Ia menetapkan peraturan-peraturan yang ketat demi mencegah demoralisasi yang sudah mulai kelihatan setelah kematian Nabi.

Sulthan

Arti sulthan secara bahasa adalah ‘kekuasaan yang menaungi’, dominion. Julukan yang dipakai untuk satu wilayah yang berada di bawah wilayah kekuasaan yang lebih besar. Julukan ini biasa dipakai untuk penguasa-penguasa yang mengakui kekuasaan yang lebih besar di atasnya, tetapi kekuasaan ini bisa begitu bebas menjalankan otonomi pemerintahannya. Sulthana (kesultanan) biasanya menjadi daerah-daerah penyokong kekuasaan yang lebih besar. Seperti yang terjadi pada kesultanan Buwaihi yang menjadi penyokong Dinasti Abbasiyah. Bahkan, Kesultanan Buwaihi inilah kemudian yang menjadi pembela dari rongrongan kelompok pemberontak Syiah-Ismailiyah.  Tetapi, gelar sulthan juga dipakai oleh penguasa-penguasa yang menyatakan diri takluk ataupun mengakui kekuasaan yang lebih besar. Ini dilakukan oleh kerajaan-kerajaan yang ada di Jawa pada abad ke-17 Masehi.

Imam

Makna imam adalah ‘yang di depan’. Istilah ini dipakai untuk pemimpin kaum Syiah, pengikut Ali bin Abi Thalib. Julukan ini diberikan kepada Ali, sepupu sekaligus menantu Nabi. Kaum Syiah meyakini bahwa kepemimpinan Ali merupakan kepemimpinan yang paling sah ketimbang tiga pemimpin yang mendahuluinya. Hal ini karena Ali merupakan pewaris Nabi secara spiritual maupun secara duniawi.

Julukan ini pun kemudian digunakan kepada keturunan Ali yang diklaim kaum Syiah sebagai pewaris yang sah kepemimpinan kaum muslimin. Namun, ironisnya ternyata Syiah tidak tunggal, ada begitu banyak pecahan Syiah sehingga banyak sekali orang-orang yang merasa dirinya keturunan Ali menjadi Imam. Beberapa di antaranya adalah kelompok Imam Dua Belas (Ja’fari), Imam Tujuh (Ismailiy), Zaidiyah, dan Hanafiyah.