Baiti Jannati, Menghidupkan Rumah Laksana Surga di Tengah Pandemi

Baiti Jannati, Menghidupkan Rumah Laksana Surga di Tengah Pandemi

Bagaimana menjadikan rumah seperti Baiti Jannati di tengah pandemi ini?

Baiti Jannati, Menghidupkan Rumah Laksana Surga di Tengah Pandemi
keluarga-islami

Penyebaran virus corona memang menyebalkan. Virus ini membuat banyak rutinitas yang terhenti, kepanikan di tengah masyarakat hingga dampak-dampak sosial mengikis kemanusiaan kita, namun dibalik itu semua ada hikmah-hikmah yang membuat saya merenung. Salah satunya tentang rumah.

Sebuah ungkapan yang sangat filosofis yaitu ‘baiti jannati’ atau ‘rumahku adalah surgaku’ menempatkan rumah bukan sekadar bangunan yang tersusun dari batu bata, beratap, berkeramik, mempunyai pagar, berhias ornamen-ornamen indah dan megah, tetapi rumah diumpamakan surga yakni suatu tempat yang kita yakini penuh kebahagiaan abadi.

Memang tidak mudah menjadikan rumah sebagai surga. Oleh karena pelbagai hal, rumah hanya sekedar hunian atau bahkan tujuan pulang dengan sisa-sisa tenaga. Padahal kita pun mengerti fungsi rumah lebih dari itu. Rumah merupakan tempat berkumpulnya seluruh keluarga, bercengkrama antar keluarga, dan melakukan aktifitas yang bersifat privat dalam keluarga. Ringkasnya rumah adalah ruang interkoneksi bersama orang-orang terdekat kita.

Semua dari Rumah

Pertanyaannya seringkah kita membuat rumah sebagai medium penghubung antar anggota keluarga? Pernahkah kita menanyakan keadaan sekolah anak-anak? Menanyakan perasaan pasangan di kantor? Atau melakukan aktivitas bersama-sama dalam rumah daripada tenggelam di perangkat canggih masing-masing?

Mungkin karena kelelahan bekerja dengan sangat profesional, hingga kita kehilangan kesempatan untuk saling memahami yang serumah dengan kita. Akhirnya kita serumah, namun tak serasa. Seatap namun jarang saling menatap. Sedih.

Momentum pendemi virus corona ini seolah menjedakan kita oleh rutinitas. Bila dulu sering beraktivitas di luar rumah hingga luar kota, saat ini rumah menjadi satu-satunya tempat yang paling aman untuk beraktivitas. Rumah menjadi pusat berkegiatan. Semoga hal tersebut mendorong kita menghidupkan kembali fungsi rumah yang lebih dari sekadar hunian.

Ini saatnya kita lebih merekatkan hubungan dengan keluarga yang sering kita tinggalkan. Menyatukan lagi rasa bersama pasangan lewat perbincangan hangat mengenai kabar, lingkungan kerja hingga gibah-gibah tipis tetangga kompleks.

Ini waktunya kita tanamkan nilai-nilai kebaikan. Mulai memperkenalkan hal –hal yang kecil dan barang kali kita anggap sepele, tetapi akan memberikan pengaruh yang besar pada anak-anak kita dewasa.

Bisa saja mengambil contoh dengan menjelaskan buruknya perilaku orang yang menolak jenazah pasien Corona atau mengajarkan kebaikan menghargai perbuatan orang lain kepada sesama, seperti yang lakukan oleh para tenaga medis, tim keamanan, maupun relawan yang peduli sesama.

Begitu pun anjuran agar beribadah dari rumah. Meski sebagaian orang masih ngeyel untuk beribadah di rumah ibadah, tetapi saya lebih sepakat untuk mematuhi anjuran ahli agama dan pemerintah untuk menjadikan rumah sebagai pusat kegiatan keagamaan untuk saat ini.

Sebagai muslim, jika kita menganggap masjid sebagai rumah Tuhan karena di sana kita banyak beribadah. Maka bayangkan bila selama masa pandemi virus corona ini, kita banyak beribadah dari rumah, tentu Tuhan pun senantiasa mencurahkan keberkahan kepada penghuni rumah. Masjid memang akan sepi, namun ruang-ruang pemujaanNya semakin luas, karena setiap rumah adalah rumahNya.

“Allah menjadikan untuk kamu rumah-rumah sebagai tempat ketenangan…(QS. An-Nahl: 80).