Zakat termasuk bagian dari rukun Islam. Tapi tidak semua orang diwajibkan zakat. Zakat hanya diwajibkan bagi orang yang mampu, sementara orang yang tidak mampu mereka dibolehkan untuk menerima zakat dari orang yang mampu. Demikianlah indahnya Islam. Ibadah zakat tidak hanya mendapat pahala, tetapi juga memiliki dampak terhadap kehidupan sosial dan membantu orang-orang yang susah. Di antara tujuan zakat adalah untuk mensucikan harta dan sebagai penentram jiwa. Allah SWT berfirman:
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’amu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.” (QS: al-Taubah ayat 103)
Imam al-Nawawi dalam al-Adzkar menjelaskan bahwa diwajibkan berniat pada saat membayar zakat. Kewajiban niat dalam zakat ini tak ubahnya seperti ibadah yang lain. Niat zakat itu diwajibkan dalam hati dan disunnahkan juga melafalkannya sembari memantapkan niat dalam hati.
Menurut Imam al-Nawawi dianjurkan bagi orang yang membayar zakat membaca doa:
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ
Rabbana taqobbal minna, innaka antas sami’ul alim
“Ya Tuhan kami, terimalah dari kami, sesungguhnya Engkau Maha Pendengar lagi Maha Mengetahui”.
Sementara bagi orang yang menerima zakat atau amil zakat dianjurkan pula membaca doa:
اَجَرَكَ اللهُ فِيْمَا اَعْطَيْتَ وَاجْعَلْهُ لَكَ طَهُوْرًا وَبَارَكَ فِيْمَا اَبْقَيْتَ
“Ajarakallahu fima a’thaita waj’alhu laka thahura wa Baraka fima abqaita”
“Semoga Allah membalas apa yang kamu berikan, menjadikan dirimu bersih, dan memberkati apa yang telah kamu berikan”