Gus Dur adalah seorang pengembara nyentrik tetapi kharismatik untuk dunia hari ini, paling tidak di sini, di negeri ini. Dia telah meninggalkan jejak di mana-mana, bukan hanya di Jombang, tanah dan tempatnya dilahirkan, dewasa dan diistirahatkan, tetapi juga di bumi Nusantara dan berbagai negeri yang jauh, dengan langkah yang begitu mengesankan.
Ia hadir menelusup ke jantung rakyat jelata dan merenggut hati mereka diam-diam. Lihatlah, sejak dikebumikan, tiap hari ribuan rakyat dari pelosok nun jauh di desa-desa berbondong-bondong menziarahinya, meski mereka tak pernah bersentuhan secara langsung dengan Gus Dur.
Di depan peristirahatan nya mereka memanjatkan doa baginya.
Sepanjang yang aku tahu, selama hidupnya Gus Dur tak pernah memakai sorban dan gamis atau assesoris khas ulama atau habaib. Tak pula bercelana cingkrang. Wajahnya tak dihiasi jenggot. Ia hadir apa adanya. Tetapi betapa banyak orang yang memandangnya sebagai Wali, kekasih Tuhan, sebuah predikat kehormatan yang tinggi.
Dan Gus Dur telah menitipkan pikiran-pikiran dan isi hati nuraninya kepada jutaan orang dan sahabat-sahabat yang ditinggalkannya yang menyebut dirinya : “Gusdurian”.
Meski sebagian orang menyebut pikiran-pikiran itu “menyimpang”, atau “sesat”, tetapi banyak orang mengatakan bahwa fenomena peziarah ke makamnya yang tak pernah berhenti dan ratusan ribu Gus Durian serta Haul (peringatan hari wafat) yang dihadiri ribuan orang itu menunjukkan ia adalah pikiran-pikiran para bijak bestari, para kekasih Tuhan, para zahid (ugahari) dan orang-orang yang dianugerahi kearifan-kearifan perennial (al-Hikam al-Ilahiyyah).
Hanya pikiran-pikiran cerdas lah yang memahami hal ini.
Ayo datang ke rumah Gus Dur
Sebentar saja
Ucapkan salam kepadanya…
Desember 2017
*PS: Haul Gus Dur akan dilaksakan mulai besok di Ciganjur. Ayo datang dan melihat langsung energi cinta dari orang-orang mencintai sosoknya.