Dalam sebuah rekaman pengajian Kitab Maulid Barzanji, KH. Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha membawakan kisah peristiwa di malam hari sebelum Nabi Muhammad pergi hijrah ke Madinah. Dalam rekaman pengajian yang diupload channel Youtube Santri Gayeng tersebut, dikisahkan bahwa pasukan pembunuh dari Kafir Quraisy sudah mengepung rumah Nabi Muhammad dari berbagai sisi.
Pasukan pembunuh yang ditugaskan mengepung nabi tersebut merupakan hasil musyawarah Darun Nadwah, yang terdiri dari para pemuka Quraisy yang mempunyai misi memutuskan untuk membunuh Nabi Muhammad SAW. Pasukan yang akan melakukan pembunuhan tersebut terdiri dari para pemuda kuat dari kabilah Quraisy dengan kepiawaian menggunakan pedang tajam.
Nabi Muhammad yang saat itu dalam situasi genting, mendapat wahyu dari malaikat Jibril dan kemudian membacanya. Wahyu tersebut adalah surat Yasin ayat 9. Selimut Nabi Muhammad diserahkan kepada sahabat Ali bin Abi Thalib untuk mengelabuhi, kemudian Nabi Muhammad keluar dan menaburkan tanah ke arah atas kepala orang-orang kafir tersebut.
Adapun ayat yang dibaca oleh Nabi Muhammad SAW saat itu adalah surat Yasin ayat 9, yang berbunyi:
وَجَعَلْنَا مِنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ سَدًّا وَّمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَاَغْشَيْنٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ
Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat. (QS. Yasin: 9)
Berkat kemuliaan Nabi yang membaca ayat tersebut, orang-orang kafir yang sudah mengintai dan mengepung rumah Nabi Muhammad tertidur pulas dan tidak sadarkan diri. Sebagian meriwayatkan bahwa para pengepung tersebut tidak bisa melihat Nabi.
Sementara pasukan orang kafir tertidur, Nabi Muhammad akhirnya bisa pergi dengan bebas ditemani oleh Abu Bakar, dan menuju Gua Tsur, sampai kemudian Nabi Muhammad dan Abu Bakar melakukan perjalanan hijrah menuju Madinah.
Pasukan kafir Quraisy tersebut baru terbangun ketika fajar. Mereka terperdaya ketika menyerbu rumah nabi Muhammad, hanya menemui sahabat Ali bin Abi Thalib yang sedang tidur menggunakan selimut Nabi Muhammad SAW.
Sedikit tambahan tentang ayat surat yasin ayat 9, Prof. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah menggambarkan bahwa redaksi kalimat وَجَعَلْنَا مِنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ سَدًّا dipahami oleh Al-Biqa’i sebagai gambaran penderitaan para penentang Rasulullah.
Ayat ini masih berkaitan dengan surat Yasin ayat 7-8 di mana ayat tersebut menerangkan tentang bagaimana orang yang mempertahankan kekufuran adalah seperti orang yang di lehernya terpasang belenggu, yang kemudian belenggu itu diikatkan ke dagu mereka.
لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلٰٓى اَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ اِنَّا جَعَلْنَا فِيْٓ اَعْنَاقِهِمْ اَغْلٰلًا فَهِيَ اِلَى الْاَذْقَانِ فَهُمْ مُّقْمَحُوْنَ
Sungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman. Sungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah. (QS. Yasin: 7-8)
Adapun penjelasan surat Yasin ayat 9 yang dibaca oleh Nabi Muhammad tersebut, dalam penjelasan Prof. Quraish Shihab, bahwa mereka (orang yang masih mempertahankan kekufuran mereka) sama sekali tidak dapat melihat dan, kalaupun dapat berjalan, mereka hanya bisa berjalan beberapa langkah saja, tetapi pada akhirnya mereka akan terbentur-bentur oleh dinding pemisah itu.
Dalam petikan penjelasannya, Gus Baha menjelaskan bahwa doa itu terkabul atas dasar kemuliaan Nabi Muhammad SAW, sembari melempar candaan kepada para santrinya: “Kalau kamu yang berdoa ya tidak terkabul. Makanya tidak usah minta-minta ijazah. Enggak ngefek.” Canda beliau disambut tawa para santrinya.