Apotek dan Sejarah Farmasi dalam Peradaban Islam

Apotek dan Sejarah Farmasi dalam Peradaban Islam

Masyarakat muslim tercatat sebagai peradaban pertama yang mempunyai apotek dan toko obat.

Apotek dan Sejarah Farmasi dalam Peradaban Islam

Farmasi merupakan salah satu bidang professional dalam kesehatan yang mengombinasikan ilmu kesehatan dan ilmu kimia. Tugas utama dalam kajian dunia farmasi adalah bertanggung jawab dalam memastikan efektivitas dan keamanan penggunaan obat. Namun di era Globalisasi ini, banyak orang yang menganggap bahwa kemajuan ilmu farmasi berasal dari Barat atau Eropa. Padahal kemajuan yang dicapai oleh Barat, tidak bisa dilepaskan dari peranan zaman sebelumnya yaitu kejayaan peradaban Islam dalam berbagai bidang, termasuk farmasi.

Eksistensi ilmu farmasi tidak bisa dilepaskan dari kejayaan peradaban Islam di masa dinasti Abbasiyyah yang melakukan gerakan penerjemahan secara besar-besaran. salah satu karya penting yang diterjemahkan pada waktu itu, adalah De Material Medica karya Dioscorides. Selain itu, para ilmuwan muslim juga melakukan transfer pengetahuan tentang obat-obatan dari berbagai naskah yang berasal dari Yunani, China, Persia.

Pada abad ke-7 sampai ke-17, para ilmuwan muslim secara khusus memberi perhatian khusus untuk melakukan investigasi atau pencarian, terhadap beragam produk alam yang dapat digunakan sebagai obat-obatan. Apa yang dilakukan oleh para ilmuwan muslim ini adalah bentuk dari manifestasi dari sabda Rasulullah SAW, “Bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya”.

Sabda Rasulullah SAW yang begitu populer di kalangan umat Islam itu, nampaknya memicu para ilmuwan muslim di era kekhalifahan Abbasiyah, untuk berlomba-lomba meracik dan menciptakan bermacam obat-obatan.  Pencapaian umat Islam yang begitu gemilang dalam bidang kedokteran dan kesehatan, tidak bisa dilepaskan dari kejayaan Islam dalam bidang farmasi.

Peradaban Islam adalah peradaban yang telah merintis bidang farmasi, serta menjadikan farmasi tetap bertahan sampai sekarang. Banyak para ilmuwan muslim di era kejayaan Islam, sudah berhasil menguasai riset ilmiah mengenai komposisi, dosis, penggunaan, dan efek dari obat-obatan sederhana dan  campuran. Seperti adas manis, kayu manis, cengkeh, sulfur, merkuri dan lain sebagainya.

Selain menguasai bidang farmasi, masyarakat muslim tercatat sebagai peradaban pertama yang mempunyai apotek dan toko obat. Apotek pertama yang ada di dunia berdiri di kota Baghdad pada tahun 754 M, dimana pada waktu itu Baghdad menjadi pusat pemerintahan dinasti Abbasiyah sekaligus pusat peradaban dunia.

Hal ini menepis anggapan bahwa apotek dan ilmu farmasi berasal dari Barat, tetapi kenyataannya apotek di barat baru ada sekitar tahun 1400 M atau akhir abad ke-14 M.

Masa perkembangan farmasi pada kejayaan Islam ini melahirkan tokoh-tokoh muslim yang berperan penting dalam ilmu kedokteran dan farmasi. Hal ini tergambar dalam kitab-kitab yang dihasilkan oleh para ilmuwan muslim seperti Jabir Ibnu Hayyan yang mengarang kitab yang berjudul al-Khama’ir (Fermentasi), al-Khawash al-Kabir (buku besar tentang sifat kimiawi).

Banyak tokoh-tokoh besar Islam, yang mempunyai andil besar dalam kemajuan bidang farmasi. Diantaranya adalah Muhammad Ibnu Zakariya al-Razi yang mengembangkan obat-obatan, Abu al-Qosim al-Zahrawi yang merintis tentang distiliasi dan sublimasi, al-Biruni yang menulis buku tentang farmakhologi yang bernama al-Saydalah (kitab tentang obat-obatan) dan berbagai ilmuwan muslim lainnya yang menekuni bidang farmasi.

Perkembangan farmasi menurut Abu al-Wafar Abdul Akhir ada empat fase. Fase pertama yaitu antara tahun 720 – 776 M, fase kedua terjadi antara tahun 777-930 M, fase ketiga berlangsung diantara tahun 936-1165 M, adapun fase ke-4 terjadi direntang tahun 1095-1248 M. pada setiap fase ini lah, muncul ulama-ulama besar Islam yang menekuni dunia farmasi dan melakukan ijtihad dalam bidang farmasi. Sehingga pada setiap fase ini, muncul sesuatu yang baru dan memiliki karakteristik sendiri-sendiri.

Dengan majunya bidang farmasi pada masa kejayaan Islam, toko obat-obatan atau apotek mulai menjamur seperti jamur yang tumbuh di musim hujan. Toko obat tidak hanya menjamur di kota Baghdad yang menjadi kota metropolis dunia, tetapi juga di kota-kota Islam lainnya.

Bahkan para ahli farmasi pada waktu itu sudah mempunyai apotek sendiri-sendiri. Mereka memanfaatkan keahliannya untuk meracik berbagai obat-obatan dan kemudian menyimpannya di toko obat miliknya.

Islam dan peradabannya mendominasi bidang farmasi sampai abad ke-17 M. setelah era kejayaan Islam memudar, ilmu meracik dan membuat obat-obatan di kuasai oleh dunia Barat yang telah bangkit dari masa kegelapannya.

Kebangkitan barat berhasil menguasai berbagai bidang diantaranya adalah farmasi, mereka menerjemahkan kitab-kitab berbahasa arab karya para ilmuwan muslim, ke dalam bahasa-bahasa yang ada di Eropa. Tidak mengherankan, jika industri farmasi dunia kini berada dalam genggaman barat.

Selain itu, bukti bahwa peradaban Islam mempunyai peran dalam kebangkitan peradaban Barat, khususnya dalam bidang farmasi adalah kembalinya minat terhadap pengobatan natural, yang begitu popular dalam pendidikan kesehatan saat ini. Dimana pengobatan-pengobatan natural ini, sudah tertulis di berbagai literature arab puluhan abad yang lalu.

Wallahu A’lam.