Apakah Siksa Kubur Terjadi Selamanya atau Hanya Sementara?

Apakah Siksa Kubur Terjadi Selamanya atau Hanya Sementara?

Siksa kubur yang didapatkan manusia setelah meninggal dunia terjadi selamanya sampai hari kiamat atau sementara saja?

Apakah Siksa Kubur Terjadi Selamanya atau Hanya Sementara?

Siksa kubur merupakan hal yang pasti bagi para pendurhaka, namun benarkah siksa kubur berlangsung terus-menerus hingga hari kiamat atau dapat dibatasi dalam kurun waktu tertentu?

Jawaban dari pertanyaan ini ada dua, yakni pertama, terdapat siksa kubur yang memang tidak akan berhenti hingga tiupan sangkakala berbunyi, dan kedua terdapat siksa kubur yang berlaku dalam batas waktu tertentu kemudian siksa kubur tersebut terputus (tidak berlanjut hingga hari kiamat).

Jawaban yang pertama didukung oleh hadis sahih riwayat al-Bukhari dari Samuroh tentang mimpi Nabi Muhammad,“Maka siksa itu dijatuhkan kepadanya hingga hari kiamat. Selain hadis dari Samuroh ini, jawaban pertama juga didukung oleh hadis dari jalur Ibnu Abbas yang menceritakan tentang dua pelepah kurma yang ditancapkan di atas dua kuburan, lalu Nabi Muhammad berdoa, “Semoga dua pelepah kurma ini bisa meringankan siksa dua ahli kubur ini selama pelepah kurma tersebut belum kering. Hadis ini menunjukkan bahwa keringanan siksa kubur hanya dibatasi dengan pelepah kurma yang basah dan itu hanya bertahan dalam beberapa waktu. Setelah itu, siksa kubur akan berlanjut lagi.

Hadis pendukung lainnya terdapat dalam kitab as-Shahihain tentang seseorang yang mengenakan burdah, lalu berjalan dengan congkak dan sombong. Tetiba Allah membenamkannya ke dalam bumi hingga hari kiamat.

Dalam hadits Barra’ bin ‘Azib yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad juga disebutkan tentang kisah orang kafir yang dibukakan pintu neraka baginya, lalu Ia melihat tempat duduknya di dalam neraka hingga hari kiamat tiba.

Jawaban yang kedua adalah penyiksaan yang dijatuhkan kepada para pelaku maksiat, tetapi maksiat yang dilakukan dikategorikan sebagai maksiat ringan. Oleh sebab itu, Ia dijatuhi hukuman siksaan sesuai dengan kadar maksiatnya. Setelah penyiksaannya selesai, Ia dibebaskan dari siksa tersebut. Ibnu Qayyim al-Jauziyah di dalam ar-Ruh menyebutkan bahwa siksaan juga dapat diputus dengan doa, sedekah, istighfar, pahala haji, bacaan Al-Qur’an yang dihadiahkan kepada ahli kubur dari keluarga atau orang lain.

Kisah-kisah yang mendukung jawaban kedua adalah kisah Ibnu Abi ad-Dunya dan kisah dari Amr bin Jarir.

Ibnu Abi ad-Dunya mendapatkan cerita dari Ahmad bin Yahya yang bercerita bahwa sebagian temannya pernah mengatakan bahwa saudaranya telah meninggal dunia, lalu temannya tersebut bermimpi bertemu dengan saudaranya. Teman Ahmad bin Yahya bertanya, “Bagaimana kondisimu ketika Kau masuk ke dalam kubur?” Saudaranya menjawab, “Ada seseorang yang mendatangiku dengan bara api di tangannya. Andai tidak ada seseorang yang mendoakanku, maka Aku pasti telah dipukul dengan bara api oleh orang tersebut.”

Amr bin Jarir juga berkata bahwa jika seorang hamba mendoakan saudaranya yang telah meninggal, maka akan datang malaikat yang menemui saudaranya di dalam kubur seraya berkata “Wahai penghuni kubur yang terasing, ini (doa) adalah hadiah dari saudaramu untukmu.” (AN)

Wallahu a’lam.