Apakah Hijab Itu Hanya Milik Islam Semata?

Apakah Hijab Itu Hanya Milik Islam Semata?

Apakah hijab semata milik islam, agama-agama lain ternyata juga ada loh yang pakai

Apakah Hijab Itu Hanya Milik Islam Semata?

Hijab itu bukan hanya “sangat Islami” tetapi juga “sangat Yahudi”. Bukan hanya Al-Qur’an yang berisi anjuran berhijab, Kitab Talmud Yahudi yang sudah ada berabad-abad sebelum Al-Qur’an juga memuat pesan tentang hijab. Karena itu bukanlah sebuah keanehan jika ada sejumlah umat Yahudi yang bersikukuh untuk berhijab.

Foto di bawah ini hanyalah sekelumit contoh kecil dimana sekelompok perempuan Yahudi Sekte Lev Tahor di Kanada (di Ontario dan Quebec) lengkap dengan “busana Muslimah”, eh salah maap, “busana Yahudi” maksud ane. Coba perhatikan dengan seksama, mirip kan para saudari-saudari Yahudi ini dengan “ukhti-ukhti” Muslimah? Lev Tahor yang dalam Bahasa Hebrew berarti “hati yang suci” merupakan salah satu sekte ultra ortodoks Yahudi pimpinan Rabbi Shlomo Helbrans yang gencar menentang Zionisme dan aneksasi Israel atas Palestina.

Dalam kehidupan sehari-hari, pengikut sekte Lev Tahor ini juga sangat sederhana dan “apa adanya” dalam menjalani hidup serta jauh dari hiruk-pikuk kemewahan duniawi, sebuah praktek keagamaan yang mengingatkan saya pada komunitas Kristen Amish dan Old Order Mennonites di Amerika.

Beberapa kelompok Yahudi ortodoks memandang berhijab merupakan “panggilan ilahi” yang harus ditaati oleh semua umat Yahudi. Bruria Keren, seorang tokoh dan pemimpin agama Yahudi ortodoks di Israel bahkan mengklaim asal-usul “tradisi hijab” berasal dari Yahudi dan karena itu bagi siapa saja yang mengenakan hijab berarti telah meniru-niru Yahudi. Ia menyerukan semua umat perempuan Yahudi untuk berhijab bukan hanya demi memenuhi “panggilan ilahi” tetapi juga sebagai lambang kesederhanaan serta proteksi dari kemungkinan kejahatan atas kaum perempuan.

Di Israel juga terdapat sekelompok Yahudi yang bernama Sekte Burqa Heredi yang bahkan lebih ketat dalam berhijab. Jika kaum perempuan Yahudi Lev Tahor masih membuka wajah mereka, maka kaum perempuan Yahudi Heredi Burqa menutup rapat wajah mereka dengan “frumka” persis seperti perempuan Saudi yang mengenakan burqa atau niqab. Karena mengenakan busana yang ekstrim ini, maka sejumlah media menyebut mereka “Yahudi Taliban”.

Sejumlah tokoh Yahudi dari sekte Heredi ini seperti Rabbi Yitzchok Tuvia Weiss menyatakan bahwa penggunaan tata busana ini dalam rangka untuk menegakkan “syariat Yahudi” sekaligus kembali ke ajaran orisinal Talmud tentang wasiat berhijab sebagai simbol kesahajaan bagi perempuan. Menarik untuk diperhatikan, sebagaimana Sekte Lev Tahor, sekte Heredi Burqa ini juga menentang keras gerakan Zionisme dan upaya kekerasan Israel atas Palestina.

Jika diperhatikan dengan seksama, ada perbedaan mendasar antara “hijab Yahudi” dengan tren “hijab Muslimah”. Jika gerakan “hijab Yahudi” itu sangat sederhana dan jauh dari kesan kemewahan, maka kaum “hijabers” Muslimah di kota-kota besar khususnya terkesan sangat modis dan mewah. Jika perintah hijab itu (baik dalam Yahudi maupun Islam) ide dasarnya adalah untuk kesahajaan, bukankah sebuah “penyimpangan ajaran” namanya jika berhijab hanya untuk pamer model mode, desain, dan busana teranyar? Alih-alih ingin mengikuti ajaran Islam, malah justru terjerembab ke dalam praktek-praktek yang jauh dari norma-norma keislaman dan “pesan moral” Al-Qur’an itu sendiri.