Lailatul qadar adalah malam terbaik dibanding malam lainnya. Pada malam itu terdapat banyak keutamaan, salah satunya Allah mengabulkan doa hambanya. Tapi Allah merahasiakan lailatul qadar, bahkan Rasulullah sendiri tidak tahu kapan pastinya lailatul qadar.
Para ulama ada yang mengatakan, lailatul qadar akan terjadi di sepuluh terakhir Ramadhan. Makanya, Rasulullah meningkatkan ibadahnya pada sepuluh terakhir Ramadhan.
Keutamaan lailatul qadar bagi umat Islam tentu sangat banyak dan sudah banyak dijelaskan para ulama, pertanyaan berikutnya adalah apa dampak dan hikmah lailatul qadar bagi non-muslim? Apakah hanya orang Islam saja yang mendapatkan manfaat dari lailatul Qadar?
Pertanyaan ini dikemukakan dalam kajian online Komunitas Musisi Mengaji Jakarta pada beberapa hari lalu, tepatnya 5 Mei 2020. Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi yang menjadi pengisi kajian waktu itu menjelaskan bahwa karakteristik dari malam lailatul qadar adalah kedamaian. Ini sebagaimana disebutkan dalam surat al-Qadar ayat 5, “Salamun hiya hatta mathla’il fajr”.
Kata “salamun” di sini bisa diartikan kedamaian. Maksudnya, orang yang diberi kesempatan bertemu lailatul qadar akan diberi kenikmatan berupa kedamaian hidup, sehingga kalau orang hidupnya tenang dan damai, tentu dia akan memberi dampak positif terhadap masyrakat sekitarnya, baik muslim ataupun non-muslim.
Mereka akan menjaga hubungan baik dengan lingkungannya, tidak melakukan perbuatan yang tidak disenangi, dan memperlakukan orang lain dengan cara yang sopan dan beradab. Karenanya, non-muslim dalam hal ini secara tidak langsung juga mendapatkan manfaat dari orang muslim yang bertemu lailatul qadar. Mereka bisa merasakan dampak dari kedamaian yang timbul dalam hati seorang muslim.