Apa yang Dimaksud dengan Syirik?

Apa yang Dimaksud dengan Syirik?

Apa yang dimaksud dengan syirik, dan bagaimana penjelasannya dalam Al-Quran?

Apa yang Dimaksud dengan Syirik?
Apa yang dimaksud syirik? (ilustrasi: alvin/islamidotco)

Akhir-akhir ini istilah syirik sering kita dijumpai. Kata ini sering digunakan orang yang Islam sendiri yang tidak setuju dengan amalan muslim lain yang tidak sepemahaman dengannya dan kelompoknya.

Lalu apa definisi syirik?

Menurut Jamāl al-Dīn Ibn Manzūr dalam Lisān al-ʽArab, secara bahasa, syirik semakna dengan syirkah yang berarti mukhalatah al-syarikain, yakni persekutuan antara dua orang. Selain itu, syirik juga bisa berarti naṣīb (bagian), sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

من أعتق شركا له في عبد

“Siapa yang memerdekakan budak, maka baginya satu bagian dari harta budak tersebut.”

Namun secara istilah, menurut Ibn Mandzūr, syirik adalah menyekutukan Allah dalam hal ketuhanan, yakni menuhankan zat lain selain Allah, padahal tidak ada yang mampu menyamai Allah Swt.

Sedangkan menurut Ibn ʽAsyur (w. 1393 H) dalam al-Taḥrīr wa al-Tanwīr, syirik adalah menyekutukan Allah dengan hal lain dalam perkara ketuhanan dan ibadah.

Ibn Mandzur menambahkan dengan mengutip kaul Abu al-ʽAbbas, bahwa syirik bukan berarti hanya menyembah selain Allah dan meninggalkan Allah. Yang juga bisa termasuk dalam perbuatan syirik adalah menyembah Allah dan sesembahan lain selain Allah. Atau dalam bahasa lain, menduakan Allah.

Hal ini bisa dilihat dari firman Allah SWT dalam Qs. Al-Anʽam ayat 82:

الذين ءامنوا ولم يلبسوا إيمانهم بظلم

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman.”

Ketika ayat ini disampaikan oleh Rasulullah Saw kepada para sahabat, mereka heran. Mereka merasa bahwa mereka tidak bisa terlepas dari perilaku zalim. Mendengar hal itu, kemudian Rasul mengatakan, “tidak itu, yang dimaksud zalim dalam ayat ini adalah sebagaimana pesan Luqman kepada putranya, Inna al-Syirka la dzulmun ʽadzīm (Qs. Luqman: 13), yaitu syirik.”

Dari hubungan kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa syirik bukanlah berpaling dari Allah menuju tuhan lain selain Allah, melainkan menduakan Allah atau menganggap zat lain sama dan memiliki persamaan dengan Allah.

Abdurrahman al-Saʽdī (w. 1376 H) memberikan definisi yang lebih gamblang. Menurutnya, yang dimaksud syirik adalah menyembah makhluk sebagaimana menyembah Allah atau mengagungkan makhluk sebagaimana mengagungkan Allah, atau menyandarkan hal-hal yang menjadi kekhususan Tuhan (rubūbiyyah dan ulūhiyyah) kepada makhluk, seperti berdoa dan memohon kepada makhluk sebagaimana berdoa dan memohon kepada Allah, takut kepada makhluk seperti takut kepada Allah, atau melakukan hal-hal lain dalam hal ibadah kepada makhluk.

Wallahu A’lam.