Apa Itu Manhaj Salaf? Ini Rincian Manhaj Salaf ala Kelompok Salafi

Apa Itu Manhaj Salaf? Ini Rincian Manhaj Salaf ala Kelompok Salafi

Apa Itu Manhaj Salaf? Ini Rincian Manhaj Salaf ala Kelompok Salafi
Seorang penganut salafi di Mesir sedang memegang salinan konsitusi baru negaranya. Photo by AP

Kita hanya tahu sekilas bahwa manhaj salaf atau salafi biasanya berkaitan dengan tiga generasi terbaik yang pernah ada, yaitu, sahabat, tabiin dan tabiit-tabiin, sehingga sekilas kita menyangka bahwa manhaj ini pasti yang terbaik, karena telah dilakukan oleh orang-orang terbaik. Namun kita juga perlu tahu secara rinci manhaj salafi secara kesuluruhan, agar kita tidak terjebak pada romantisme masa lalu dan bisa memberikan kritik dengan proporsional.

Abd Allah ibn Salfiq al-Zufairi dalam menyebutkan setidaknya ada sembilan kelebihan Manhaj Salafi, pertama, daʽwah ila al-tawhid (dakwah menuju tauhid) dan tahqiq al-ikhlas (praktik keikhlasan). Ia menjelaskan bahwa kelebihan pertama ini merupakan kelebihan yang paling agung yang dimiliki oleh manhaj salafi. Hal ini dikarenakan salafi tidak terbatas pada rububiyah melainkan juga uluhiyah.

Berdasarkan hal ini, manhaj lain disebut terlalu tasahul karena tidak ketat dalam persoalan uluhiyah sehingga mereka terjebak pada hal-hal yang syirik. (Abd Allah ibn Ṣalfiq al-Zufairi, Haqiqat al-Manhaj al-Salafi wa al-Hajat al-Ummah al-Massah ilaih fi Najatiha wa Intisyariha ʽala Ada’iha, (Kairo: Dar al-Minhaj, 2014) h. 70.)

Salafi sendiri memiliki tiga trilogi tauhid: Pertama, Tauhid Uluhiyah yang meliputi penghambaan total kepada Allah Swt. penghambaan berarti tidak menyekutukannya dalam hal ibadah, dan melaksanakan semua hal yang diperintahkan oleh Allah Swt. dan Rasul-Nya. Kedua, Tauhid Rububiyah, yaitu meyakini bahwa Allah Swt adalah pengatur dan penggerak alam semesta, implikasi dari hal ini adalah keimanan terhadap qaḍa’ dan qadar. Ketiga, Tauhid Asma’ wa Sifat, yaitu pengenalan dan keyakinan terhadap nama dan sifat-sifat Allah yang tanpa ta’wil dan tanpa tasybih.

Kedua, tajarrud fi al-Ittiba’ (hanya ikut) kepada Nabi Saw., dan langsung kembali kepada sunnahnya saat terjadi perselisihan.

Ketiga, Iqtifa’ atsar al-salaf, yaitu hanya mencukupkan ikut pada pendapat kaum salaf yang meliputi sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in.

Keempat, al-Tsabat wa al-rusukh, yaitu ketetapan dan kedalaman sehingga tidak berubah saat terjadi perbedaan politik maupun kondisi sosial.

Kelima, al-Wasaṭiyah wa al-iʽtidal, moderat dan tengah-tengah. Moderat yang dimaksud dalam hal ini adalah manhaj yang bersandar pada firman Allah Swt. dan sunnah Rasulullah Saw., bukan berdasarkan pada akal manusia, apalagi hawa nafsu atau perasaan.

Keenam, Syumuliyah, (mencakup semua hal) yaitu meliputi ajaran ibadah, ittiba’ kepada Rasul Saw., muamalah dengan kaedah tahqiq al-masalih (mempraktekkan kemaslahatan) dan darʽ al-mafasid (menolak kerusakan), mencakup kebaikan agama dan dunia, kebaikan pemimpin dan dipimpin, dan berasaskan lima kaedah maslahah.

Ketujuh, tahqiq al-wala’ wa al-barra’. Kata “wala’” berarti kecintaan dan dukungan atas hal atau prilaku yang sesuai dengan ajaran Alquran dan sunnah, sedangkan “al-barra’” adalah kebencian dengan setiap hal yang tidak sesuai dengan dua hal tersebut.

Kedelapan, Allah menjamin kemuliaan, posisi yang tinggi, serta bantuan kepada orang yang berpegang teguh pada ajaran salafi, baik di dunia maupun di akhirat.

Kesembilan, naqd al-mukhtalif bi dhawabiṭ al-syarʽiyah. Mengkritik kelompok-kelompok yang berbeda faham dengannya melalui kaedah-kaedah syariat. Dari sembilan hal ini, al-Zufairi menyebutkan bahwa secara umum, ada dua manhaj yang dianut oleh salafi, yaitu taʽsil (menjelaskan sumber kebenaran) dan tahdhir (mewaspadai kebatilan).

Muhammad ibn Abd al-Wahhab sendiri dalam bukunya “al-Tauhid” membahas berbagai masalah yang berkaitan dengan sembilan hal ini. Ia menulisnya dengan 66 bab yang meliputi permasalahan akidah hingga hal-hal keseharian: mulai dari ziarah kubur, syirik, menggambar makhluk, dan lain sebagainya.

Dari beberapa penjelasan di atas, kita perlu mendiskusikan ulang dan membandingkan dengan pendapat-pendapat ulama lain, agar kita tidak terjebak pada pemahaman tunggal atas definisi manhaj salaf itu sendiri. (AN)

Wallahu a’lam.

 

Bacaan terkait Salafi dan Wahabi ini bisa dibaca lebih lanjut dalam buku Teologi Muslim Puritan karya Arrazy Hasyim di sini.