Apa Benar Sirathul Mustaqim Seperti Sehelai Rambut Dibelah Tujuh? Prof. Quraish Shihab: Itu Keliru, Tidak Ada Dasarnya Itu

Apa Benar Sirathul Mustaqim Seperti Sehelai Rambut Dibelah Tujuh? Prof. Quraish Shihab: Itu Keliru, Tidak Ada Dasarnya Itu

Apa Benar Sirathul Mustaqim Seperti Sehelai Rambut Dibelah Tujuh? Prof. Quraish Shihab: Itu Keliru, Tidak Ada Dasarnya Itu

Beberapa orang menggambarkan sirathul mustaqim seperti sehelai rambut dibelah tujuh. Tujuan dari penggambaran ini tentu baik, supaya orang memperbanyak ibadah dan amal kebaikan. Tapi dalam masalah yang berkaitan dengan hari akhirat, rujukan dan dalilnya harus kuat dan benar, agar tidak terjadi kesalahpahaman.

Najwa Shihab dalam program Shihab & Shihab bertanya tentang ilustrasi sirathul mustaqim seperti sehelai rambut dibelah tujuh, Prof. Quraish Shihab menegaskan, “Itu Keliru, Tidak Ada Dasarnya Itu.”

Menurut Prof. Quraish, jalan menuju surga itu lebih banyak, bahkan lebih banyak dibanding jalan menuju Roma. Jalannya pun lebar, tidak sempit. Semua amal kebaikan dan ibadah yang dilakukan dapat mengantarkan kita kepada surga.

“Kalau kita berbicara tentang jalan dalam al-Qur’an, ada banyak istilah yang digunakan. Yang paling populer ada dua: satu pasti kita sebut setiap hari, tujuh belas kali, yaitu sirath, jalan yang lebar, al-mustaqim yang lurus. Itu jalan menuju surga. Tapi ada jalan-jalan lain yang juga disebut oleh al-Qur’an, sabil. Sabil itu juga jalan, tetapi sirath itu tunggal. Sabil ada yang tunggal, ada yang jamak,” Jelas Prof. Quraish.

Beliau menambahkan,  “Sabil ini banyak jalan. Tetapi dia bagi dua lagi: ada jalan yang diistilahkannya subulus salam, jalan-jalan kedamaian. Di jalan-jalan kedamaian ini banyak ragamnya. Sabilal muttaqin jalannya orang yang bertakwa. Sabilillah itu yang paling umum, jalan Allah. Ada juga jalan sabilal mujrimin, jalannya orang-orang yang durhaka”.

Jalan menuju surga itu ada jalan yang besar dan ada pula jalan yang kecil. Jalan kecil itu selama bercirikan kedamaian, maka itu jalan menuju surga. “Intinya damai” Kata penulis Tafsir al-Misbah tersebut. Damailah dengan diri anda, damailah dengan orang lain, damailah dengan semua makhluk.

Ringkasnya, sirathul mustaqim jalan yang lebar dan lurus. Kenapa dibuat lebar? Supaya orang tidak jatuh. Meskipun lebar, jangan jalan di pinggir. Berjalanlah di tengah, jangan ekstrem kanan ataupun kiri.

“Allah buat jalan seperti itu supaya kota masuk surga, jangan berdesak-desakan, jangan bertengkar, selama berada di jalan itu,” Tambah Prof. Quraish Shihab.