Pembaca yang budiman, mungkin anda sekalian pernah membaca atau mendengar pepatah ini: “Usaha tanpa doa itu sombong, dan doa tanpa usaha itu bohong.” Pepatah itu memberi pelajaran hidup bahwa dalam rangka mencapai tujuan dan keinginan, manusia dianjurkan untuk mampu menyeimbangkan antara usaha dan doa. Usaha menunjukkan komitmen atas segala permintaan yang telah dilangitkan. Sebaliknya, doa menunjukkan adanya kesadaran bahwa manusia penuh keterbatasan. Tak heran, banyak masyarakat, yang ketika usahanya telah mentok namun belum juga berhasil, mereka meminta amalan kepada kyai atau ustadz yang bisa dibaca saat menghadapi kesulitan hidup.
Ketika menafsirkan Surah At-Taubah [9] ayat 51, seorang mufassir asal Maroko bernama Ahmad ibn ‘Ajibah mengutip sebuah perkataan Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu. Dalam perkataan tersebut, Ali menjelaskan satu amalan yang bisa dibaca agar memperoleh pertolongan Allah saat menghadapi kesulitan hidup. Beliau berkata:
سَبْعُ آيَاتٍ مَنْ قَرَأَهَا أَوْ حَمَلَهَا مَعَهُ, لَوْ انْطَبَقَتِ السَّمَآءُ عَلَى الْأَرْضِ لَجَعَلَ اللهُ لَهُ فَرْجًا وَمَخْرَجًا
“Tujuh ayat yang barangsiapa membacanya atau membawanya (teksnya), seandainya langit menimpa bumi dan menutupi seluruh permukaannya, sungguh Allah menjadikan baginya kelapangan dan jalar keluar.”
Ketujuh ayat yang dimaksud antara lain:
Pertama, Q.s. At-Taubah[9] ayat51:
قُلْ لَّنْ يُّصِيْبَنَآ اِلَّا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَنَاۚ هُوَ مَوْلٰىنَا وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ
Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah hendaknya orang-orang mukmin bertawakal.” (Terjemah Kemenag, 2019. Ayat yang lain juga akan menggunakan terjemahan yang sama)
Kedua, Q.s. Yunus [10] ayat 117:
وَاِنْ يَّمْسَسْكَ اللّٰهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهٗ ٓاِلَّا هُوَ ۚوَاِنْ يُّرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَاۤدَّ لِفَضْلِهٖۗ يُصِيْبُ بِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ ۗوَهُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Artinya: “Jika Allah menimpakan suatu mudarat kepadamu, tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Dia menghendaki kebaikan bagimu, tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikannya (kebaikan itu) kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Ketiga, Q.s. Hud [11] ayat 6:
وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ
Artinya: “Tidak satu pun hewan yang bergerak di atas bumi melainkan dijamin rezekinya oleh Allah. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).”
Keempat, Q.s. Hud [11] ayat 56:
اِنِّيْ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللّٰهِ رَبِّيْ وَرَبِّكُمْ ۗمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ اِلَّا هُوَ اٰخِذٌۢ بِنَاصِيَتِهَا ۗاِنَّ رَبِّيْ عَلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
Artinya: “Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak satu pun makhluk yang bergerak (di atas bumi) melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya (menguasainya). Sesungguhnya Tuhanku di jalan yang lurus (adil).”
Kelima, Q.s. Al-Ankabut [29] ayat 60:
وَكَاَيِّنْ مِّنْ دَاۤبَّةٍ لَّا تَحْمِلُ رِزْقَهَاۖ اللّٰهُ يَرْزُقُهَا وَاِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Artinya: “Betapa banyak hewan bergerak yang tidak dapat mengusahakan rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu. Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Keenam, Q.s. Fatir [35] ayat 2:
مَا يَفْتَحِ اللّٰهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَّحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا ۚوَمَا يُمْسِكْۙ فَلَا مُرْسِلَ لَهٗ مِنْۢ بَعْدِهٖۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ
Artinya: “Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, tidak ada yang dapat menahannya. (Demikian pula) apa saja yang ditahan-Nya, tidak ada yang sanggup untuk melepaskannya. Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Ketujuh, Q.s. Az-Zumar [39] ayat 38:
وَلَىِٕنْ سَاَلْتَهُمْ مَّنْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ لَيَقُوْلُنَّ اللّٰهُ ۗ قُلْ اَفَرَءَيْتُمْ مَّا تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اِنْ اَرَادَنِيَ اللّٰهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كٰشِفٰتُ ضُرِّهٖٓ اَوْ اَرَادَنِيْ بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكٰتُ رَحْمَتِهٖۗ قُلْ حَسْبِيَ اللّٰهُ ۗعَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُوْنَ
Artinya: “Sungguh, jika engkau (Nabi Muhammad) bertanya kepada mereka (kaum musyrik Makkah): Siapa yang menciptakan langit dan bumi? Niscaya mereka menjawab, “Allah.” Katakanlah, “Kalau begitu, tahukah kamu tentang apa yang kamu sembah selain Allah jika Allah hendak mendatangkan bencana kepadaku? Apakah mereka (sesembahan itu) mampu menghilangkan bencana itu? Atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat mencegah rahmat-Nya?” Katakanlah, “Cukuplah Allah (sebagai pelindung) bagiku. Hanya kepada-Nya orang-orang yang bertawakal berserah diri.”
Tujuh ayat itu kemudian dirangkum menjadi bait syair:
عَلَيْكَ بِقُلْ, وَإِنْ, وَمَا, إِنِّيْ, فِيْ هُوْدٍ * وَكَأَيِّنْ, مَا يَفْتَحِ, وَلَئِنْ, مُكَمِّلاً
Artinya: “Bacalah qul (Q.s. At-Taubah[9] ayat51), in (Q.s. Yunus [10] ayat 117), wa ma (Q.s. Hud [11] ayat 6), inni (Q.s. Hud [11] ayat 56) yang ada di surah Hud. wa ka`ayyin (Q.s. Al-Ankabut [29] ayat 60), ma yaftahi (Q.s. Fatir [35] ayat 2), wa la`in (Q.s. Az-Zumar [39] ayat 38) dengan sempurna.
Itulah tujuh ayat yang bisa dibaca sebagai amalan saat menghadapi kesulitan hidup. Tentunya dengan dibarengi usaha yang maksimal. Semoga Allah menganugerahkan kelapangan hati serta melimpahkan pertolongan-Nya kepada kita semua. Wallahu A’lam. [NH]