Jika ditanya tentang kota dan jejak peninggalan Islam di Spanyol (Andalusia), sebagian dari kita mungkin akan langsung terbayang dengan kota Cordoba dengan Mezquita-nya, Granada dengan istana el-Hambranya atau mungkin Sevilla yang mewarisi istana Alcazarnya.
Tidak sedikit pula, dari kita yang tahu bahwasanya Islam juga pernah berkembang pesat dan hebat di kota Malaga. Bahkan, kota ini pun tercatat pernah menjadi saksi bisu benteng pertahanan umat Islam di selatan Andalusia.
Beberapa waktu lalu, saya mengunjungi kota Malaga, di selatan Spanyol. Saya tidak sendirian, melainkan ditemani dengan teman saya, Kang Mujab, biasa saya memanggilnya.
Kami mulai perjalanan di kota ini dengan mengunjungi museum Picasso yang berada tidak jauh dari di pusat kota, sebelum akhirnya tercengan takjub dengan indahnya bangunan bernama Alcazaba. Di Spanyol, bangunan tersebut lebih terkenal dengan nama Alcazaba de Malaga. Alcazaba adalah salah satu benteng pertahanan peninggalan muslim yang masih tersisa, sampai dengan saat ini.
Nama Alcazaba berasal dari kata bahasa Arab, Al-Qasbah, yang berarti kota benteng. Dalam sejarahnya, setelah kota Malaga jatuh ke tangan khalifah Cordoba pada abad ke 8, Abd. Al-Rahman I memerintahkan pasukanya untuk membuat satu benteng di kota tersebut untuk mempertahankan kekuatan kekasairanya.
Dipilihlah bukit Gibralfaro sebagai lokasi pembangunan, dan akhirnya, benteng kota bernama Alcazaba dengan kurang lebih luas 15 ribu meter persegi pun dibangun di lokasi tersebut. Salah satu sejarawan mencatat, proses pembangunan Alcazaba dilakukan pada rentang tahun 1057 sampai dengan 1063 dengan mengikuti instruksi Badis, Raja Berber Taifa yang berpusat di Granada.
Kami melihat, lokasi Alcazaba sebagai benteng pertahanan, sangatlah strategis karena paling tidak dua alasan.
Pertama, benteng kota ini dibangun di dataran tinggi sehingga akan dengan mudah memantau segala aktifitas yang terjadi di dataran rendah, baik yang dilakukan oleh masyarkat di kota tersebut atau rencana musuh terhadap pemerintahan di kota Malaga saat itu.
Kedua, bentuk bangunan Alcazaba juga dirancang dengn konsep menghadap ke laut (pelabuhan Malaga). Dengan begitu, kontrol militer laut terhadap lalu lintas masyarakat atau musuh yang hendak datang ke Malaga melalui laut akan dengan mudah bisa terpantau.
Selain lokasi yang strategis, pondasi bangunan Alcazaba juga bisa dibilang kokoh. Pondasi bangunan Alcazaba terdiri dari struktur batu karang dan sebagian struktur tembok diambil dari batu kapur yang kokoh dan sisa-sisa reruntuhan bangunan teater romawi yang terletak tidak jauh dari Alcazaba.
Kami coba sama-sama telusuri keindahan artistik bangunan dan panorama banteng yang pernah menjadi ertahanan Muslim di Malaga. Kondisi bangunan Alcazaba yang dibangun memanjang di bukit memang bukanlah yang memudahkan setiap pengunjung tempat ini untuk melihat lebih dekat keindahan suasana Alcazaba.
Perlu fisik dan tenaga yang kuat dan minum air putih yang cukup untuk bisa menelusuri sepanjang benteng Alcazaba yang berada di bukit Gibralfaro tersebut. Namun, rasa lelah akan terbayar indah dengaan sajian cantik panorama laut dan pusat kota Malaga yang akan terpampang indah setelah bisa sampai istana benteng Alcazaba. (Dito Alif Pratama, Mahasiswa Vrije Universiteit Amsterdam, Belanda)