Al-Muhadzab bi Syarhi Sunan Al-Kabir, Salah Satu Masterpiece Imam Adz-Dzahabi

Al-Muhadzab bi Syarhi Sunan Al-Kabir, Salah Satu Masterpiece Imam Adz-Dzahabi

Al-Muhadzab bi Syarhi Sunan Al-Kabir, Salah Satu Masterpiece Imam Adz-Dzahabi

Siapa yang tak kenal adz-Dzahabi, ia adalah idola para pengkaji hadis. Salah satu karya Adz-Dzahabi yang cukup populer dalam bidang hadis adalah kitab Al-Muhadzab bi Syarhi Sunan Al-Kabir Al-Baihaqi. Kitab tersebut merupakan syarah dari kitab Sunan Al-Kabir karya Al-Baihaqi.

Perihal latar belakang dan penulisan kitab tersebut tidak tertuang dalam Muqadimahnya, si pengarang kitab lebih menjelaskan perihal penulisan serta metode yang ditempuh dalam menulis kitabnya. Sebagian sanad hadis ditulis secara ringkat dengan tujuan agar tidak terlihat bertele-tele, walaupun tidak semua sanadnya diringkas. Sedangkan sebagian besar matan hadisnya ditulis secara utuh, walaupun ada beberapa yang ditulis secara ringkas, itu pun sangatlah sedikit. Selain itu, nama mukharrij (yang mengeluarkan hadis) ditulis dengan kode berikut : خ ، م ، د ، ت ، س ، ق.

Metode penulisan yang ditempuh oleh Adz-Dzahabi dalam kitabnya adalah dengan menggabungkan beberapa bab dalam satu bab serta menjelaskan hadis pada masing-masing babnya. Ketika menyebutkan pendapat al-Baihaqi, beliau menulisnya dengan lafadz “Qaala al-Muallif“. Sedangkan ketika mengemukakan pendapatnya sendiri, beliau (Adz-Dzahabi) menggunakan lafadz “Qultu”.

Selain itu, beliau menjelaskan perihal mukharrij hadis dengan simbol-simbol huruf, walaupun ada beberapa yang bukan dengan simbol. Beliau juga tidak segan untuk menjelaskan pendapat ulama lain. Kualitas suatu hadisnya pun tidak lupa untuk diberi keterangan. Bahkan, terkadang beliau juga menjelaskan perbedaan redaksi dalam hadis lain.

Agar sebuah kitab terlihat sistematis maka diperlukan sistematika dalam penulisannya, kitab Al-Muhadzdzab bi Syarhi Sunan Al-Kabir Al-Baihaqi, mengacu pada kitab cetakan Dar al-Wathan li al-Nasyr tahun 2001M/1422 H yang telah ditahqiq oleh Abi Tamiim Yaasir ibn Ibraahim. Dalam pendahuluannya, dijelaskan tentang muqaddimah pentahqiq, profil Imam Baihaqi, karakteristik manuskrip/naskah kuno, metode pentahqiiq dan muqadimah Adz-Dzahabi. Secara keseluruhan, kitab Al-Muhadzab terdiri dari 8 jilid dengan 73 kitab pembahasan.

Setiap karya tidaklah lepas dari yang namanya kelebihan dan kekurangan. Demikian juga dengan kitab Al-Muhadzab, diantara kelebihannya: peringkasan sanad hadis yang dilakukan si pengarang kitab membuat pengkaji cenderung tidak bosan karena lebih mudah dalam mengkajinya. Selanjutnya, dengan adanya pembuangan matan, kemungkinan terjadinya pengulangan matan dengan redaksi yang sama sangatlah sedikit. Adanya inovasi dengan penggunaan simbol-simbol huruf tentunya lebih memudahkan dalam mengetahui para perowinya. Selain itu, penggabungan dari beberapa bab menjadi satu bab dapat membuat pengkaji lebih mudah dalam memahaminya.

Sedangkan diantara kekurangannya: ada beberapa hadis yang tidak diketahui kualitasnya, sehingga menyulitkan bagi pengkaji yang akan mendalami lebih jauh, terbelih dalam hal kualitasnya. Terkadang masih ada ketidak konsistenan dalam penerapan simbol, di satu sisi menggunakan simbol di sisi yang lain tidak. Selain itu, tidak adanya penyebutan bab secara spesifik membuat para pengkajinya sedikit kesulitan dalam hal mengkategorikannya.

Pada akhirnya, berkat kecerdasan dan keluasan ilmu yang dimilikinya, Adz-Dzahabi menuai pujian dari para ulama, “Adz-Dzahabi adalah salah satu huffadz yang memiliki kecerdasan dan seorang pengkritik yang kritikannya sangat memiliki kontribusi”.

Wallahu A’lam.