Al-Muallaqat: Pintu Kecil Memahami Syair-Syair Arab Jahiliah

Al-Muallaqat: Pintu Kecil Memahami Syair-Syair Arab Jahiliah

Al-Muallaqat: Pintu Kecil Memahami Syair-Syair Arab Jahiliah
Perjalanan sastra Arab sudah dimulai sejak masa Jahiliah atau bahkan sebelumnya. Hampir semua buku menyebutkan sastra Arab dimulai dari masa Jahiliah, namun demikian tidak ada yang dapat menjelaskan titik masanya. Hal itu terjadi karena sastra sudah muncul jauh sebelum sastra Arab menjadi sebuah kajian ilmu.
Dalam khazanah kebudayaan Arab klasik, tradisi penulisan puisi dan penghargaan terhadapnya sangat diagungkan. Sehingga lahir sebuah jargon yang terkenal di dalam masyarakat “Asy-syi’ru Diwanul Arab” (puisi adalah rumah bagi bangsa Arab). Dari jargon tersebut lahir sebuah asumsi bahwa puisi-puisi yang ditulis ulang dan dinisbahkan sebagai karya para penyair di kalangan mereka dapat diposisikan sebagai menara peradaban.
Al-Muallaqat adalah nama sebuah penghargaan sastra tertinggi pada zaman Jahiliah. Syair-syairnya diyakini adiluhung dan sakral, ditulis dengan tinta emas dan dipajang di dinding Ka’bah; dipuja dan disembah bak berhala oleh orang-orang Arab pra-Islam.
Karya sastra itulah yang menjadi titik awal sejarah sastra Arab. Adalah menjadi hal yang masuk akal bila kemudian kitab suci al-Quran (kalamullah yang memiliki nilai sastra tinggi) diturunkan setelah masyarakat Arab melewati peradaban sastra yang panjang dan luhur.
Buku syair-syair Arab pra-Islam: Al-Muallaqat yang diterjemahkan oleh Bahcrum Bunyamin dan Hamdy Salas merupakan buku terjemahan pertama dalam bahasa Indonesia. Selain berisi terjemahan syair-syair, buku setebal 84 halaman itu juga dilengkapi dengan profil para penyar-penyairnya sekaligus seperti :
Umru Ul-Qais (penyair mabuk dari lembah ke lembah), Tarafah bin Abid (penyair bengal yang dipenggal kepalanya), Harits bin Khillizah (penyair lepra dengan wajah bertudung), Amru bin Kultsum (penyair hero yang membunuh sang raja), Zuhair bin Abi Sulma (penyair budiman di tengah perang), Antarah bin Syaddad (penyair legendaris dalam cinta), dan Labid bin Rabiah (penyair jalanan yang hidup di dua zaman). Sehingga bisa menambah wawasan kita terhadap tokoh-tokoh sastra Arab masa lampau.
Tak lupa, pada bagian akhir buku ini juga dilengkapi dengan teks Arab asli Al-muallaqat As-Sab’u. Semakin bisa menambah aroma padang pasir disetiap lembar demi lembar buku terjemahan sastra Arab tersebut.
Bagi anda yang ingin mengetahui sejarah peradaban sastra Arab pada masa lampau, buku ini bisa menjadi titik awal anda memahaminya. Teruntuk juga bagi anda para penikmat sastra, buku ini sangat cocok sekali untuk anda dibaca.
Peresensi : Kifayatul Ahyar, tingal di Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah
Judul buku : Syair-Syair Arab Pra-Islam : Al-Muallaqat 
Penulis / Penerjemah : Bahcrum Bunyamin dam Hamdy Salad
Penerbit : Gading Pustaka Yogyakarta. Cetakan Pertama, Agustus 2017