Akun-akun Islami di Instagram: Dakwah atau Endorsement Religi?

Akun-akun Islami di Instagram: Dakwah atau Endorsement Religi?

Semakin banyak followers artis yang meng-endors, semakin banyak pula kesempatan para aktor-aktor agama ini untuk memperoleh pengikut dalam gerakan keagamaannya.

Akun-akun Islami di Instagram: Dakwah atau Endorsement Religi?

Instagram memiliki peran yang signifikan sebagai literatur digital generasi milenial. Melalui Instagram, masyarakat muslim bisa dengan mudahnya mencari akun perseorangan maupun komunitas yang mereka kehendaki.

Melihat fenomena ini, banyak aktor-aktor muslim yang membangun akun dakwah, seminar keagamaan, maupun info-info pembelajaran agama secara online maupun offline. Biasanya mereka yang belum mapan untuk membangun dakwah Islam secara online di Instagram hanya menjadikan media sosial ini sebagai perangkat untuk menyebarkan informasi kegiatan atau aktivitas keagamaan yang mereka adakan secara offline.

Layaknya para pedagang yang menjajakan produk yang sedang dijual dengan harga tertentu, aktor agama online ini turut menjajakan aktivitas religius offlinenya mulai dari kegiatan yang bebas biaya sampai dengan kegiatan yang bertarif fantastis.

Di antara aktivitas yang dijajakan tersebut, “hijrah” menjadi produk yang paling populer dalam media sosial Instagram bagi kalangan generasi muda. Fenomena hijrah telah merepresentasikan adanya wacana komodifikasi agama.

Selain sebagai media untuk menawarkan produk keagamaannya, aktor-aktor yang memiliki pengetahuan yang mapan seputar media turut berkontestasi dalam mewarnai diskursus keislaman di media sosial. Dengan beragam kreativitas, mereka menawarkan dakwah dengan video-video pendek yang berisi ceramah, motivasi-motivasi Islam, tanya jawab permasalahan agama, murattal Al-Quran, maupun kutipan para ulama terdahulu yang berkaitan dengan isu populer yang sedang berkembang di masyarakat, seperti keutamaan puasa Dzulhijjah, hukum mengucapkan natal, zakat fitrah, dan lain sebagainya.

Selain video, aktor-aktor agama yang mumpuni dalam bidang design juga turut membuat dakwah berbentuk infografis, komik, maupun meme. Dengan visualisasi yang indah dan sesuai dengan kecenderungan minat generasi milenial, mereka memberikan segala ajaran maupun nilai-nilai keislaman yang dapat dinikmati hanya dalam waktu singkat.

Sebagaimana akun dakwah Instargram bernama @ilovenyolnyol yang menampilkan aktor kartun yang tak pernah absen dalam mengkampanyekan isu “anti pacaran” dan “ta’aruf”. Berbeda dengan akun dakwah Instagram @alfatihstudios yang menampilkan isu khilafah melalui video animasi kartun berdurasi pendek. Adapun media dakwah Islam moderat juga turut berkontestasi, kehadiran @islamidotco termasuk salah satu media dakwah di Instagram yang cukup mumpuni dalam menampilkan nilai-nilai Islam ramah dalam bentuk infografis.

Seiring berkembangnya Instagram sebagai platform yang mampu memikat masyarakat dengan visualisasinya, aktor-aktor agama telihat kurang percaya diri dalam mempertahankan eksistensinya. Mereka mencoba masuk dalam ranah entertainment dan merekrut artis-artis maupun infulencer di media sosial untuk turut menjadi lumpen-intellegentsia (intelektual baru) agama.

Dengan mengajak para artis ini masuk dalam lingkaran dakwahnya, secara tidak langsung mereka memiliki peluang yang besar dalam merekrut followers Instagram artis tersebut, karena kemampuan artis-artis ini yang sangat mapan dalam mempengaruhi fans maupun pengikutnya di Instagram.

Di sinilah wacana religy endorsement hadir sebagai salah satu upaya yang mereka lakukan untuk mempertahankan eksistensinya. Layaknya meng-endors produk yang akan dijual melalui para artis, ideologi agama kian turut menjadi produk yang di-endors untuk meraup simpatisan sebanyak-banyaknya. Semakin banyak followers artis yang meng-endors, semakin banyak pula kesempatan para aktor-aktor agama ini untuk memperoleh pengikut dalam gerakan keagamaannya.

Dalam wacana religy endorsement, mereka tidak hanya menjajakan pengajian berlabel “hijrah” saja, namun memroduksi produk-produk atribut keislaman juga diakukan, seperti baju koko, jilbab, mukena, dan lain sebagainya. Sebagaimana Felix Siauw, selain berdakwah dalam akun Instagramnya, ia juga menjual hijab syar’i melalui perantara istrinya dalam akun bisnis @hijabalila.

Dengan mengendors artis melalui produk ini, masyarakat muslim khususnya perempuan yang latah membeli produk-produk yang diendors artis akan lebih cepat untuk tergiring dalam lingkaran kampanye khilafah Felix Siauw. Dalam akun bisnis @hijabalila pun di ramaikan juga dengan dakwah berbetuk video-video pendek yang erat kaitannya dengan permasalahan perempuan. Fenomena komodifikasi agama ini telah diulas secara komprehensif oleh Slama dalam A Subtle Economy of Time: Social Media and The Transformation of Indonesia’s Islamic Preacher Economy.

Dari sini, penting bagi masyarakat muslim digital untuk cermat dan kritis dalam mengonsumsi kajian Islam yang didapatkan melalui aktor-aktor muslim dalam media sosial. Adapun melihat latar belakang dari sang aktor ialah sebuah hal yang seharusnya dilakukan agar tidak terjerumus dalam ideologi Islam fundamental.

Karena tidak bisa dielakkan bahwa gerakan-gerakan Islam fundamental turut mendistribusikan ideologinya dalam media sosial dengan beragam cara yang renyah dikonsumsi oleh masyarakat, baik melalui video pendek, kartun, meme, infografis, bahkan mereka juga mampu memproduksi atribut keagamaan seperti hijab, gamis, dan lain sebagainya serta menyelipkan nilai-nilai islam fundamental di dalamnya.

Wallahu a’lam.

 

Artikel ini diterbitkan kerja sama antara islami.co dengan Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kemkominfo